Plt Gubernur DKI Datangi Penjara dan Apartemen Demi Pilkada

Plt Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M. Ali. Wafa

VIVA.co.id – Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta, Sumarsono, bakal menyambangi beberapa lokasi tempat pemungutan suara yang dibangun di Lembaga Pemasyarakatan dan apartemen. Hal itu dilakukan, untuk memastikan para masyarakat yang telah kehilangan hak pilihnya di putaran pertama agar bisa mencoblos di putaran kedua. 

Eks Plt Gubernur DKI Ingin Didik Disabilitas Jadi Birokrat Andal

"Karena di putaran pertama belum instensif dipantau. Dan ini apakah dukcapil sudah melakukan langkah-langkah pendaftaran ulang yang baik kepada mereka yang belum terdaftar makanya ini perlu di crosscheck," kata Sumarsono di Balai Kota, Selasa, 4 April 2017.

Sumarsono akan menyambangi dua lokasi, yakni Rutan Salemba dan Apartemen Mitra Oasis yang keduanya terletak di Jakarta Pusat. 

Hadir di Rakernas Gerindra, Kemendagri Nilai Anies Tak Langgar Aturan

Menurut Sumarsono, alasan dia menyambangi apartemen dan rumah tahanan adalah rendahnya tingkat partipasi warga dalam pemilu yang masih rendah. Dari data putaran pertama, penghuni hunian vertikal tersebut hanya menyerap 40 persen pemilih dari total keseluruhan sehingga diperlukan adanya sosialisasi dan ajakan langsung dengan mendatanginya. 

"Di apartemen (partisipasinya) 40 persen, di lapas juga banyak yang enggak memilih. Atau kami enggak tahu bagaimana kualitas pemilihannya," ujarnya.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Seperti diketahui, pada putaran pertama lalu khususnya penghuni apartemen banyak mengeluhkan hak politiknya karena adanya kesalahan administrasi. Umumnya, mereka tidak tercantum dalam daftar pemilih tetap meskipun mengantongi sejumlah persyaratan seperti Surat Keterangan (suket) , KTP elektronik dan hingga Kartu Keluarga. 

Sebelumnya, Sumarsono sempat mengatakan, pihaknya pada putaran dua ini akan mengejar sebanyak 56 ribu warga yang belum merekam datanya sebagai pemilih. Warga tersebut kebanyakan adalah penghuni apartemen dan rusun yang diketahui sulit teridentifikasi indentitasnya.

Tapi yg lebih penting lagi adalah mengejar sekitar 56 ribu penduduk warga Jakarta yang belum merekam. Itu yang sebenarnya ada di apartemen dan kemudian tidak teridentifikasi dengan baik," kata Sumarsono, Rabu 8 Maret 2017. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya