Jejeran Mobil di Rusun yang Penghuninya Menunggak Rp893 Juta

Mobil-mobil milik penghuni Rusun Marunda, Jakarta Utara.
Sumber :
  • Danar Dono - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Meski tercatat sebagai rumah susun yang paling banyak menunggak uang sewa unit. Tapi, ternyata penghuni Rusun Marunda, memiliki harta yang bernilai.

Warga Terdampak Kebakaran TPA Rawa Kucing Bakal Dipindah ke Rusunawa

Di rusun yang terletak di Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara ini, terlihat cukup banyak kendaraan roda empat alias mobil yang terparkir. Lebih dari 10 mobil yang terparkir rapi di sepanjang jalan di depan rusun ini.

Walau mobil-mobil itu bukan jenis mobil mewah yang harganya selangit. Tapi semua mobil yang terparkir merupakan milik penghuni rusun.

Government to Revitalize Marunda Flats After the Roof Collapsed

Kondisi ini sungguh tak sejalan dengan data yang diungkap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dalam datanya, DKI mencatat penghuni Rusun Marunda memiliki utang sewa unit mencapai Rp893 juta.

Menurut seorang penghuni Rusun Marunda bernama Husein Sastro, mobil-mobil itu milik penghuni yang baru pindah ke sana. Dan dibeli dengan cara menyici. Tapi, sebagian besar mobil digunakan untuk mencari nafkah.

Atap Ambruk, Pemprov DKI Ungkap Rusun Marunda Blok C Sudah Tak Layak Huni

"Bisanya sih yang baru nyicil atau buat cari uang, kayak Uber atau Grab begitu," ujarnya, Kamis, 30 Maret 2017.

Foto: Mobil-mobil milik penghuni Rusun Marunda, Jakarta Utara.

Diberitakan sebelumnya,Berdasarkan penelusuran VIVA.co.id di Rusun Marunda, ada beberapa faktor yang menyebabkan penghuni di rusun ini tak tepat waktu membayar uang sewa unit.

Menurut Ketua RW 010 cluster A Rusun Marunda, Nasrullah Dompas, penyebab pertama besarnya nilai tunggakan yakni, karena sebagian besar penghuni rusun merupakan warga relokasi dari wilayah lain yang terdampak penertiban. Dan, sebagian besar warga relokasi berasal dari keluarga tak mampu.

"Daya kemampuan masyarakat juga masih kurang, apalagi rusun ini kan dikhususkan bagi warga relokasi," ujar Nasrullah, Rabu, 29 Maret 2017.

Nasrullah menuturkan, kebanyakan penghuni Rusun Marunda berstatus pekerja lepas yang penghasilannya tak menentu.

"Kebanyakan sih dagang atau buruh di pelabuhan, nelayan. Ada juga beberapa di Pekerja Harian Lepas (PHL) Dinas Perumahan, ada PHL di Dinas Pengairan, tapi enggak banyak," katanya.

Selain itu, membengkaknya jumlah tunggakan penghuni juga disebabkan buruknya pengelolaan administrasi rusun di masa lalu.

"Itu gabungan dari yang dahulu mungkin, 2008-09 itu sampai miliaran kok, karena administrasinya waktu itu sangat amburadul," ujar Nasrullah.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya