Ahli Bahasa Ungkap Tiga Perbedaan Pemahaman Pidato Ahok

Basuki Tjahaja Purnama alais Ahok di ruang sidang PN Jakarta Utara.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Reno Esnir

VIVA.co.id – Pada persidangan ke-16 perkara penodaan agama, dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Rabu , 29 Maret 2017. Sidang mengagendakan mendengarkan keterangan saksi-saksi ahli.

Tok! Panji Gumilang Divonis Satu Tahun Penjara

Ahli bahasa Bambang Kaswanti Purwo, menjadi saksi ahli pertama yang didengarkan keterangannya terkait perkara itu, sesuai keilmuannya sebagai ahli. 

Dalam kesaksiannya itu, Bambang mengungkapkan, ada beberapa perbedaan dalam memahami dan memaknai pidato Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. 

Gus Samsudin Terancam Dijerat Pasal Berlapis gegara Video Aliran Sesat Tukar Pasangan

Dalam persidangan, tim penasihat hukum Ahok, menanyakan perbedaan pemahaman itu dari tiga contoh situasi, di antaranya,

Situasi pertama, mereka yang menyaksikan langsung pidato di Kepulauan Seribu, yang kedua, mereka yang tidak menyaksikan pidato tetapi menonton video-nya, dan ketiga, mereka yang tidak menyaksikan langsung dan tidak menonton video. Tapi hanya tahu dari media sosial.

Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang Dituntut 1,5 Tahun Penjara

"Kalau dari contoh tiga kasus tadi, yang pemahamannya paling sempurna adalah yang pertama," kata Bambang di hadapan majelis hakim.

Bambang mengatakan, hal itu bukan hanya berlaku bagi ahli bahasa seperti dirinya saja, melainkan untuk seluruh manusia. 

Penasihat hukum Ahok akhirnya meminta pendapat Bambang, terkait permasalahan masyarakat yang menyaksikan langsung di Kepulauan Seribu. Karena warga tidak ada yang mempermasalahkan pidato Ahok.

Pidato Ahok disebutkan ramai diperbincangkan setelah video-nya viral di media sosial. Penasihat hukum mempertanyakan, kenapa pidato yang disebar di media sosial justru berdampak lebih besar?

Bambang menjelaskan, hal tersebut merupakan alasan dia tertarik dengan kejadian ini. Dia pun menekankan, makna dari pidato harus dengan konteksnya. 

"Untuk memberi pemahaman ke masyarakat bahwa pemaknaan sangat konteks," ujar Bambang.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya