Tolak Pabrik Semen, Nisan Ibu Patmi Berdiri di Depan Istana

Nisan makam Ibu Patmi di depan Istana Negara.
Sumber :
  • Anwar Sadat - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Kematian ibu petani bernama Patmi dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat Kendeng terhadap invasi pabrik semen, rupanya tak menyurutkan semangat para aktivis hak asasi manusia dan lingkungan untuk terus menolak beroperasinya Semen Indonesia.

Tarif Listrik April-Juni 2024 Diputuskan Tidak Naik

Dengan membawa nisan makam almarhumah Patmi, puluhan aktivis dan masyarakat Kendeng, menggelar aksi memasung kaki-kaki mereka dengan semen.

Aksi itu digelar di depan Istana Negara, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis, 23 Maret 2017.

Masyarakat Diimbau Waspada Terhadap Penawaran Paket Umrah dan Haji Harga Murah

Menurut koordinator aksi, Galesh, dalam aksi penolakan pabrik semen kali ini, sejumlah elemen masyarakat mulai bergabung seperti mahasiswa dan buruh. Hal itu membuktikan, semakin banyak masyarakat Indonesia yang peduli dengan nasib masyarakat Kendeng.

"Seminggu kemarin kita sudah melakukan aksi ini, karena ada peristiwa meninggalnya Ibu Patmi, kami memutuskan untuk kembali menyuarakan tuntutan lagi," kata Galesh.

Berpengalaman di DPR, Sumail Abdullah Dinilai Berpotensi Maju Pilkada Banyuwangi

Dalam aksi kali ini, aktivis tak hanya berorasi dan memasung kaki dengan semen, tapi juga menggelar tabur bunga untuk mengenang Patmi.

Seperti diketahui, penolakan berdirinya pabrik semen di Kendeng, Jawa Tengah, sudah lama terjadi, tercatat sejak 2014 masyarakat dan aktivis bahu membahu tak henti-henti menentang pendirian pabrik semen.

Penolakan terhadap berdirinya pabrik semen bukan karena masalah sepele. Penolakan bergulir karena keberadaan pabrik Semen Indonesia di Kendeng bisa menyebabkan kerusakan alam dan lingkungan. Jika hal itu terjadi, masyarakat kecil dan petani Kendeng yang akan menderita kerugiannya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya