Indrawan Gantung Diri Usai Cekcok dengan Istri, kata Polisi

Ilustrasi garis polisi.
Sumber :
  • REUTERS/Shannon Stapleton

VIVA.co.id – Publik tengah gempar dengan aksi Pahinggar Indrawan alias Indra, yang nekat gantung diri dan aksinya itu sempat ditayangkan langsung di media sosial. Tetangga Indra pun tak menyangka akan aksi pria 36 tahun itu, karena selama ini dia dikenal mudah bergaul.

4 Selebgram Indonesia yang Putuskan Bunuh Diri, Terbaru Meli Joker Saat Live Instagram

Indra diketahui berprofesi sebagai sopir angkot dan belum lama ini beralih menjadi pengemudi taksi berbasis pesan online, ungkap Agus Bachtiar. Tetangga Indra itu ditemui di Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada Jumat malam, 17 Maret 2017.

Agus mengaku sempat bertemu dengan Indra pekan lalu. Saat itu, dia pulang malam dan menitipkan mobilnya ke Agus.

5 Fakta Meli Joker Tewas Bunuh Diri, Ternyata Pernah 4 Kali Coba Akhiri Hidup

"Seminggu yang lalu, dia titip mobil ke saya di pos. Dia bilang, ‘Bang, ke mana aja lu gue cari? Gue mau nitip mobil,’" tiru kata Agus menirukan perkataan Indra.

Menurutnya, Indra bersama istrinya selalu pindah kontrakan. Baru sekitar enam bulan tinggal di lingkungan Jalan Kemenyan. Meski sebagai pendatang, Indra termasuk orang yang mudah bergaul dengan warga sekitar.

Terungkap Alasan Meli Joker Tewas Gantung Diri, Gegara Pacar Gak Mau Diajak Bikin Konten

"Asyik, baik. Bahasanya enak, sopan. Gaul banget orangnya," ujar Agus.  

Itu sebabnya, bersama para warga sekitar, Agus kaget mendengar kabar Indra bunuh diri dan itu disiarkan secara langsung di media sosial. "Usai salat Jumat, kita langsung datang ke lokasi. Ternyata benar, korban sudah meninggal," kata Agus.

Cekcok dengan Istri

Indra rupanya diketahui punya masalah rumah tangga. Dia ditinggal pergi istrinya yang telah dia nikahi selama 17 tahun. Demikian pengakuan Indra sebelum mengakhiri hidup, yang sengaja dia tayangkan langsung lewat media sosial.

“Gue cinta mati sama dia. Ya nggak tahu kenapa, emang pun jodohnya juga kali sekarang. Jadi, sekarang dia pergi. Nggak tahu ke mana ninggalin gue sama anak-anak. Susah juga sih jelasinnya gue. Gue sekarang pun nggak tahu mau apa. Gue juga bimbang,” kata Indra.

Menurut Kepala Sub Bagian Humas dari Polres Metro Jakarta Selatan, Komisaris Polisi Purwanta, Indra diketahui cekcok dengan istrinya, yang berinisial DF, sebelum bunuh diri.

"Menurut keterangan saksi sang istri, pada hari Jumat tanggal 17 Maret 2017 jam 04.00 WIB terjadi keributan antara dia dengan istrinya, karena masalah cemburu. Lalu diselesaikan di rumah Ketua RT bernama M. Sidik dan permasalahan sebenarnya sudah selesai," kata Purwanta.

Kemudian Indra dan istri pulang ke rumah. Lalu, sekitar jam 13.30 WIB, anak Indra menemui Ketua RT dan meminta datang lagi ke rumah. Saat disambangi, Indra sudah tak bernyawa.

"Ketua RT menghubungi Bhabinkamtibmas Ciganjur, Brigadir Syamsul Anwar. Selanjutnya dilaporkan ke petugas piket dari Polsek Jagakarsa, yang kemudian mendatangi lokasi kejadian," kata Purwanta.

Dari lokasi kejadian, polisi menemukan barang bukti tali tambang warna biru dan ponsel berkamera yang diduga untuk merekam aksi bunuh diri Indra.

"Tidak ada tanda-tanda kekerasan pada bagian-bagian tubuh korban. Sebelumnya diduga ada permasalahan keluarga,” kata Purwanta.

Nomor Hotline

Bunuh diri bukanlah jalan keluar dari masalah. Apalagi jika yang bersangkutan ternyata memiliki anak yang harus dinafkahi. Karena itu, guna membantu dan meminimalisir aksi bunuh diri, Kementerian Kesehatan memberikan saluran khusus bagi mereka yang membutuhkan konseling di nomor 500-454.

Hotline tersebut adalah saluran telepon yang memberikan pelayanan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan konseling khusus tentang berbagai masalah kejiwaan dari Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Program ini dilatarbelakangi oleh adanya kecenderungan peningkatan angka gangguan jiwa dari tahun ke tahun. Bahkan pada tahun 2010, WHO menyatakan bahwa di Indonesia terjadi hampir 150 kematian akibat bunuh diri setiap hari yang disebabkan masalah kejiwaan. Kompleksitas masalah kejiwaan ini ibarat gunung es yang hanya sedikit permukaannya saja yang terlihat di luar, namun masalah sebenarnya jauh lebih besar. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya