Survei Poltracking: Elektabilitas Ahok-Djarot Teratas

Kampanye akbar Ahok-Djarot dimeriahkan artis Ibu Kota
Sumber :
  • VIVA.co.id / Rintan Puspitasari

VIVA.co.id – Hasil survei Poltracking Indonesia menyimpulkan bahwa elektabilitas atau tingkat keterpilihan pasangan calon Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama alias Djarot Saiful Hidayat mendapatkan posisi paling teratas.

Golkar dan Gerindra Sepakat Rekomendasikan Ridwan Kamil untuk Pilkada DKI

Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan Poltracking Indonesia selama tanggal 6 sampai 10 Februari 2017, dengan random sampling 800 responden seluruh wilayah DKI Jakarta.

Dirketur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda mengatakan, pasangan yang unggul Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat mendapatkan dukungan masyarakat 37.30 persen.

Tahapan Pilkada Jakarta 2024: Pendaftaran Paslon Dibuka 27 Agustus

Sedangkan, pasangan Anies Rasyid Baswedan - Sandiaga Salahudin Uno mendapatkan dukungan 35.14 persen. Untuk pasangan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni mendapatkan dukungan 23.39 persen. Dan yang belum menentukan pilihan 4.17 persen.

"Elektabilitas pasangan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok - Djarot Saiful Hidayat dan Anies Rasyid Baswedan - Sandiaga Salahudin Uno berada dalam rentang margin of error," kata Hanta Yuda saat rilis di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 11 Februari 2017.

Isu Kaesang Maju Pilgub DKI, Demokrat Masih Lihat-lihat

Menurut Hanta, pasangan Ahok-Djarot ini mengalami kenaikan dukungan 7.17 persen, yakni dari 30.13 persen menjadi 37.30 persen, dan pasangan Anies - Sandi mendapatkan kenaikan dari 3.64 persen, yakni dari 31.50 menjadi 35.14 persen.

"Adapun elektabilitas pasangan Agus - Sylviana mengalami penurunan 2.36 persen, yakni dari 25.75 persen menjadi 23.39 persen," ujarnya.

Dari hasil survei, sebanyak 71.75 persen publik mengaku tidak akan mengubah pilihan, sedangkan sebanyak 24.11 persen mengaku masih berubah pilihan, dan 4.14 persen belum menentukan pilihan siapa calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta.

Namun, penyebab berubahnya pilihan publik terhadap calon Kepala Daerah DKI Jakarta karena berbagai faktor.

"Terpengaruh isu di media sosial Facebook, Twitter, bisa mencapi 21.39 persen, visi misi program kerja calon gubernur 12.24 persen, dan terpengaruh karena penampilan debat 4.97 persen," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya