Visi-misi Tiga Pasangan Calon Pilkada DKI Soal Kependudukan

Pasangan cagub dan cawagub saat mengikuti Debat Pilkada DKI Jakarta 2017.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

VIVA.co.id - Debat terakhir Pilkada DKI Jakarta sudah dimulai, Jumat, 10 Februari 2017. Moderator Alfito Deanova pun mempersilahkan ketiga pasangan calon untuk menyampaikan visi-misi mereka terkait dengan kependudukan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Jakarta, dan narkoba.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

Kesempatan pertama diberikan pada Agus Yudhoyono. Agus menyatakan bahwa potret buram Jakarta hari ini adalah gizi buruk, peringkat 5 terburuk se-Indonesia. Bahkan di bawah Papua Barat.

"Angka kekerasan terhadap perempauan dan anak, kasus pelecehan seksual meningkat. 2,5 jam 1 perempuan alami kekerasan. Jakarta tidak ramah dalam hal penyandang disabilitas, transportasi publik, dan pekerjaan. Itulah potret buruk gubernur DKI Jakarta hari ini," kata Agus.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

Oleh karena itu, sebagai solusi, Agus akan mengoptimalkan, memberdayakan perempuan dan anak, mengembangakan bimbingan dan konseling di puskesmas. Dia juga mengadakan rehabilitasi bagi korban narkoba, mengadakan rumah sakit untuk rehabilitasi.

"Saya akan menutup transaksi nasrkoba, bandar tak ada kata ampun, tak ada tebang pilih. Meningkatkan sarana ramah disabilitas, merekrut disabilitas di Pemda. Kita ingin menyakinkan Jakarta milik kita semua, dibangun sama-sama, tidak ada yang tertinggal. Semua harus diuwongke, diorangkan," kata dia.

Pilpres 2019 Diharapkan Tak Seperti Pilkada DKI, Marak Hoax

Sementara itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menyatakan bahwa berbicana mengenai masalah perempuan, anak, disabilitas, narkoba, tak bisa lepas dari yang namanya keluarga. Oleh karena itu, selama masa kepemimpinanya, dia telah berhasil membangun 188 Ruang Publik Terpadu Ramah Anak tahun lalu.

"Ini filosofinya tiap rumah tangga. Orang butuh, saling peduli, memperhatikan satu yang lainnya," kata Ahok.

Ahok mengatakan bahwa adanya ruang yang nyaman seperti RPTRA itu dapat menjadi sarana untuk saling berbagi. Tempat itu bisa dijadikan lokasi untuk mendidik anak dengan baik, kegiatan olah raga.

"Ibu dengan janinnya, remaja, pemuda, lansia menikmati sebuah tempat bersama. Kebahagiaan terjadi di ibukota, kualitas hidup otomatis meningkat," katanya.

Sedangkan Anies Baswedan memulai visi misinya soal kependudukan dengan mengapreasiasi perempuan, para ibu. Tak lupa, Anies mengucapkan terima kasih pada ibunya sendiri.

Anies menyatakan bahwa Jakarta hari ini adalah kota yang tidak ramah anak, perempuan, kaum difabel, dan amat ramah pada narkoba. Oleh karena itu, dia bertekad akan membalikkan kota ramah anak kaum difabel, perempuan dan tidak ramah pada narkoba.

"Kenyataan menunjukkan, ini bukan salah pak gubernur. Ini fakta yang lama ke Jakarta kita semua, perempuan media transportasi kita terburuk nomor 5, di bawah Malaysia, Kuala Lumpur, Bangkok," katanya.

Anies menambahkan bahwa pertumbuhan narkoba di Jakarta 35 persen dalam setahun. Dia mengingatkan angka itu bukan sekedar statistik.

"Kami akan berpihak pada perempuan, difabel. Kami undang mereka untuk terlibat. Ide dari mereka, keberpihakan dari kami," kata Anies.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya