Datangi MUI, Ketua Muhammadiyah Beri Dukungan untuk Ma'ruf

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir
Sumber :
  • VIVA.co.id/Moh Nadlir

VIVA.co.id – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nasir mendatangi kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Kamis, 2 Februari 2017. 

Wapres: Air Bersih Penentu Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan

Haedar mengatakan, kedatangannya ke kantor MUI guna memberikan dukungan pada Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin atas kejadian di persidangan perkara dugaan penistaan agama, dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Selasa, 31 Januari 2017.  

"Kami Muhammadiyah, memberikan dukungan kepada peran KH Ma'ruf dan para ulama di Indonesia ini yang jasanya besar, dan tidak seberapa dibanding para pendatang baru yang belum punya prestasi apa-apa yang membuat gaduh republik ini," ujarnya di Kantor MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 2 Februari 2017.

M Kece Dituntut 10 Tahun Penjara

Dia meminta agar umat Islam sebagai mayoritas rakyat Indonesia untuk selalu menjaga kebersamaan. "Intinya, baik umat Islam sebagai mayoritas maupun rakyat Indonesia, sudah harus menatap ke depan untuk membangun bangsa dan negara ini, dengan semangat kebersamaan," kata Haedar.

Selain Haedar,  Ketua DPD RI Mohammad Saleh dan Wakil Ketua DPD RI Farouk Muhammad juga hadir ke kantor MUI.

Wapres: Stunting Rugikan Negara Hingga Rp450 Triliun

Farouk mengatakan, kedatangannya untuk membahas masalah Ma'ruf yang kini menjadi perhatian hangat. "Hari ini agendanya menyampaikan kesepakatan soal permasalahan bangsa yang sakit. (Terkait) yang kemarin. Kami ingin dan ikut mengimbau, supaya tenangkan bangsa ini," ujar Farouk.

Namun, Farouk belum mau membeberkan lebih jauh terkait masalah yang akan mereka bahas. "Nanti kita lihat sehabis bicara," ujarnya. 

Dalam persidangan Ahok, Selasa, 30 Januari 2017,  Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin menjadi saksi. Saat itu, pengacara Ahok sempat mempertanyakan soal hubungan telepon antara Ma'ruf dengan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono. Tim penasihat hukum Ahok mengaku memiliki bukti tentang percakapan itu.

Ahok kesal mendengar jawaban Maruf yang membantah kabar percakapannya dengan SBY, pada 7 Oktober 2016. Ahok menduga Ma'ruf telah memberikan keterangan palsu. (mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya