Pilkada Jakarta 2017

Megawati Ingatkan Bangsa RI Jangan Terpengaruh Isu SARA

Megawati Soekarnoputri
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ade Alfath

VIVA.co.id – Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri membela calon petahana Gubernur DKI, Basuki Tjahaja Purnama, yang menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017, banyak diserang isu terkait Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan (SARA).

Ahok Sebut Pertamina Bisa Tetap Untung Bila Tak Naikkan Harga BBM 2022

Calon Gubernur DKI petahana itu banyak diserang terkait latar belakang agamanya yang non-Muslim, juga statusnya sebagai keturunan Tionghoa. Hal tersebut terutama marak terjadi di media sosial.

"Sekarang Pak Ahok (sapaan Basuki), kenapa enggak boleh jadi Gubernur? Apakah karena matanya sipit? Apakah karena non-Muslim?," ujar Mega dalam pelatihan 'mubaligh kebangsaan' di kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Menteng, Jakarta Pusat, Senin, 31 Oktober 2016.

Hasto dan Ahok Sampaikan Pesan Megawati untuk Politisi Muda

Menurut Mega, para pejuang, di masa perang kemerdekaan, berusaha mempersatukan Indonesia yang berasal dari beragam golongan untuk melawan penjajah. Digunakannya isu SARA saat ini dinilai tak sesuai dengan semangat perjuangan.

"Apakah kita mulai memisah-misahkan (seseorang berdasarkan) ras, agama? Lalu bagaimana Indonesia yang dibuat oleh para pejuang kita dulu?," ujar Mega.

Ruko Milik Ahok di Medan Terbakar, Tiga Orang Alami Luka Bakar

Lagipula, menurut Mega, perbedaan hakikatnya adalah karunia Tuhan. Meski saat ini manusia terbagi menjadi banyak golongan, Mega berpandangan, setiap manusia, adalah keturunan pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa.

"Kalau manusia kulitnya kuning, kulitnya hitam, atau matanya biru, siapa yang salah, kalau kita bertanya soal salah dan benar? Siapa yang bikin? Yang membuat adalah Allah SWT," ujar Mega.

Mega menyayangkan beredarnya upaya membentuk opini di media sosial bahwa seorang pemimpin di Indonesia harus merupakan keturunan asli Indonesia, juga harus dari golongan Muslim.

Mega, Presiden ke-5 Republik Indonesia, kembali menegaskan bahwa bangsa Indonesia, sejatinya adalah bangsa yang terdiri dari banyak golongan. Oleh para pendiri bangsa, kondisi itu diabadikan dalam semboyan Republik Indonesia 'Bhinneka Tunggal Ika'. Arti dari semboyan itu adalah 'berbeda-beda, namun satu jua'.

"Banyak di media sosial terkait memilih pemimpin jangan yang non-Muslim, (atau) harus (keturunan) Indonesia lah. Sekarang saya tanya, sebetulnya yang Indonesia asli itu sopo yo?," ujar Mega.

 

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya