Lulusan SMK Madiun Ikut Membuat Kereta MRT di Jepang

Jurnalias Indonesia bersama dengan lulusan SMK Indonesia pembuat kereta MRT
Sumber :
  • VIVA.co.id / Fajar GM

VIVA.co.id – Sebanyak 13 lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) asal Madiun, Jawa Timur, bekerja di pabrik Nippon Sharyo, Ltd. di Toyokawa, Aichi, Jepang.

Menhub Minta Anggaran Rp50 Triliun Lebih

Mereka adalah peserta program kerja sama Nippon Sharyo dan PT Industri Kereta Api (INKA). Ada 63 lulusan SMK lain dari Madiun yang telah bekerja dalam periodenya untuk Nippon Sharyo sejak 2008.

Di sana, para lulusan SMK bekerja sesuai keahlian. Ada yang bertugas mengelas, memasang sistem perpipaan, hingga sistem kelistrikan.

Para lulusan SMK, beserta ratusan pegawai Nippon Sharyo lain, mengerjakan pesanan rolling stock (gerbong kereta api) dari berbagai negara, termasuk 16 rangkaian yang dipesan PT MRT Jakarta untuk jalur selatan - utara moda transportasi angkutan massal cepat (mass rapid transit/MRT) di Jakarta.

2018, DKI Anggarkan Pembangunan MRT Tahap Dua

"Mereka sangat niat dan rajin sekali," ujar General Manager (GM) Rolling Stock Division Nippon, Sharyo Mikio Tsuge, kepada para jurnalis Indonesia peserta MRT Jakarta Fellowship Program 2016 di Toyokawa.

VIVA.co.id berkesempatan bertemu dengan mereka. Salah satu  lulusan SMK Indonesia yakni Agung Widiantoro (21 tahun).

Dia bertugas menyatukan bagian-bagian badan gerbong dengan cara las. Agung mengaku senang bekerja di Jepang. Berbeda dengan di Indonesia, pabrik di Jepang banyak memanfaatkan teknologi mutakhir untuk mempermudah proses produksi. Hasilnya, selain kapasitas produksi besar, tenaga pekerja tidak banyak dikuras.

Jokowi Ingin Proyek Transportasi Kereta RI Jadi Percontohan

"Kalau di sini, kerja kami ringan," ujar Agung.

Yusuf Nurcahyo (24) mengerjakan sistem perpipaan untuk mendukung mekanisme buka - tutup otomatis pintu gerbong. Menurut Yusuf, pabrik Nippon Sharyo beroperasi siang - malam. Pekerja dibagi menjadi dua shift kerja.

Yusuf senang bekerja di Nippon Sharyo. Selain diberi gaji dengan standar yang tinggi untuk Indonesia, ia turut berperan mengerjakan gerbong yang akan beroperasi di banyak jaringan kereta api di kota-kota di dunia.

"Saya mengerjakan pesanan dari Amerika, Taiwan, dan untuk Jepang sendiri," ujar Yusuf.

16 rangkaian gerbong yang dipesan PT MRT Jakarta saat ini masih dalam tahap pengerjaan. Sekretaris MRTJ, Tubagus Hikmatullah, menjelaskan, pengadaan termasuk dalam paket kontrak CP 108 yang dimenangkan Sumitomo Corporation. Ada enam gerbong dalam satu rangkaian, sehingga, jalur pertama MRT (Lebak Bulus - Bundaran HI), mula-mula akan dilayani 96 gerbong saat pertama kali beroperasi pada 2019.

"Yang dioperasikan adalah 14 rangkaian. Dua rangkaian adalah rangkaian cadangan. Semua dibuat di Nippon Sharyo," ujar Hikmat.

Nippon Sharyo mengerjakan gerbong pesanan MRTJ secara khusus. Menurut Tsuge, berbeda dengan kereta cepat Jepang 'Shinkansen' yang menggunakan bahan aluminium, gerbong MRT Jakarta menggunakan stainless steel. Hal itu didasarkan pertimbangan gerbong diharapkan berusia panjang.

"Shinkansen itu harus cepat, sehingga dia harus ringan (memakai aluminium). Tapi, usia gerbongnya 15 sampai 20 tahun. Sementara, jika menggunakan stainless steel (gerbong MRT Jakarta), usianya bisa sampai 40 tahun. Tanpa perawatan yang sering, usianya tetap panjang," ujar Tsuge.

Selain itu, ketahanan fisik juga dijadikan pertimbangan. Gerbong-gerbong MRT Jakarta diharapkan memiliki kemampuan mengangkut maksimal 1.850 orang dalam sekali perjalanan. MRTJ menargetkan ada 173.400 penumpang yang bisa diangkut per hari.

"Penggunaan stainless steel membuat gerbong MRT Jakarta mampu mengangkut penumpang dengan total berat yang lebih banyak (dibanding shinkansen)," ujar Tsuge.

Tsuge menjelaskan Nippon Sharyo membutuhkan waktu rata-rata 15 bulan untuk menyelesaikan satu rangkaian. Sementara menunggu, satu buah model replika (mock up) juga tengah dibuat dan akan didatangkan ke Jakarta selambat-lambatnya awal 2018.

Hikmat mengatakan, di Indonesia, PT MRT Jakarta bekerja memproses perizinan untuk moda transportasi yang baru pertama kali ada di Indonesia. Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan menjadi pihak yang bertugas memastikan kelayakan operasional MRT.

Menurut Hikmat, akan ada setidaknya enam regulasi baru yang menjadi dasar hukum operasi MRT. Regulasi itu, selain mencakup teknis seperti standar kecepatan, standar rel, hingga standar pelayanan, juga mencakup aspek lain seperti standar kemampuan sumber daya manusia untuk masinis MRT.

Hal itu, membuat beroperasinya MRT Jakarta menandai babak baru moda transportasi berbasis rel di Indonesia. Aturan yang dibuat pemerintah untuk mendukung operasi MRT Jakarta, akan menjadi acuan saat moda transportasi berbasis rel lain seperti kereta ringan (light rail transit/LRT), kereta rel tunggal (monorel), hingga kereta cepat (high speed rail/HSR), dibangun di daerah lain di Indonesia.

"MRT bisa menjadi pelopor untuk (pembangunan) LRT dan moda-moda transportasi lain," ujar Hikmat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya