Terbelit Biaya Bersalin Rp52 Juta, Ibu ini Mengadu ke Ahok

Suami istri mengadu ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Fajar Ginanjar Mukti

VIVA.co.id – Pasangan Bob Benny Nikijuluw (31) dan Imelda Natalia Itayanti (30) mendatangi Balai Kota DKI Jakarta, Jumat, 30 September 2016. Mereka menemui Gubernur Basuki Tjahaja Purnama untuk mencari bantuan agar bayi mereka bisa dikeluarkan dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat. Mereka tidak sanggup membayar tagihan biaya bersalin dari RSCM yang besarnya puluhan juta rupiah. 

DPR Kritisi Kenaikan Kasus DBD, Banyak Warga Tak Dapat RS

Imelda melahirkan di RSCM pada 27 Agustus 2016. Ia terpaksa melahirkan di rumah sakit itu karena bayi yang dilahirkan prematur.

Awalnya, Imelda hendak bersalin di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Rawamangun, Jakarta Timur. Kemudian ia dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan. Dari sana, Imelda dirujuk ke RSCM. "Saya harus melahirkan di (usia kandungan) 33 minggu," ujar Imelda hari ini.

Ditanya Enakan Jadi Istri Ahok Atau Ibu Rumah Tangga, Jawaban Veronica Tan Bikin Netizen Mikir

Namun, lebih dari satu bulan berselang, Imelda dan Bob belum juga bisa membawa pulang bayinya. RSCM membebankan biaya persalinan kepada mereka sekitar Rp52 juta.

Mereka kesulitan biaya persalinan lantaran Bob baru saja terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaannya. "Kami enggak bisa mengambil anak kami," ujar Imelda.

Masih Sering Dikaitkan dengan Ahok, Veronica Tan Senang?

Menurut Imelda, ia dan suami kemudian berusaha mencari bantuan ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI. Keduanya ber-Kartu Tanda Penduduk (KTP) DKI. Dari Wali Kota Jakarta Timur dan Dinas Sosial DKI, keduanya mendapat surat rekomendasi yang diserahkan ke RSCM.

Namun, surat rekomendasi itu tidak membuat RSCM mengeluarkan bayi mereka. Imelda dan Boy diharuskan membayar setidaknya setengah dari biaya persalinan. "Surat rekomendasi itu enggak dianggap," ujar Imelda.

Menurut Imelda, pihaknya hendak menemui Ahok, sapaan akrab Basuki, agar membantunya. Bantuan itu berupa pinjaman biaya persalinan sehingga ia dan Bob bisa mengambil bayi mereka. "Nanti saya ngutang (untuk biaya persalinan), kemudian nyicil ke Pemda (pemerintah daerah)," ujar Imelda.

Imelda mengatakan, bayi mereka harus segera dikeluarkan. Bila tidak, mereka akan menanggung utang yang terlampau besar. Hal itu karena biaya persalinan terus membengkak. Setiap hari, tagihan perawatan bayi mereka di fasilitas inkubator mencapai Rp800 ribu.

Boy dan Imelda mengaku salah lantaran baru menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan setelah bayi mereka lahir. Akibatnya, persalinan tidak ditanggung program jaring kesehatan pemerintah itu.

"Kami tidak tahu kalau bayi sudah memiliki jantung, sebenarnya bisa dibuatkan BPJS," ujar Boy.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya