Pilkada DKI 2017

Kemana Para Kader Parpol di Pilkada DKI 2017

Basuki Thahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Rosa Panggabean

VIVA.co.id – Genderang Pilkada DKI 2017 semakin menguat. Tiga pasang calon dipastikan akan bertarung dalam proses pemilihan yang akan digelar pada Februari tahun depan.

Kemenparekraf Fasilitasi 24 Jenama Kreatif di Italia

Ketiga calon itu yakni, Basuki Thahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, lalu Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni serta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.

Ajang pilkada DKI 2017 kali ini terbilang mencolok. Beberapa bahkan menyebutnya pilkada rasa Pilpres. Maklum, sejumlah petinggi parpol sepertinya ikut turun gunung demi merebut kursi di DKI Jakarta.

Arti dan Peran Amicus Curiae yang Diajukan Megawati dan Habib Rizieq ke MK

Setidaknya ada tiga figur besar di balik seluruh calon tersebut. Sebut saja Megawati Soekarnoputri, lalu Prabowo Subianto dan terakhir Susilo Bambang Yudhoyono. Tentu bukan nama baru bagi publik Indonesia.

Namun demikian, Pilkada DKI 2017 kali ini sepertinya memunculkan anomali politik yang mengejutkan. Dari enam nama yang muncul untuk duduk sebagai calon gubernur dan wakil, ternyata hanya ada dua orang figur saja yang murni lahir dari kader partai politik.

Sandiaga Uno Puji Karung Penyelamat Motor di Turunan Maut, Reaksi Netizen di Luar Dugaan

Kedua nama itu yakni, Djarot Saiful Hidayat dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Sandiaga Uno dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Sementara sisanya jelas bukan kader parpol atau setidaknya bekas anggota parpol seperti Ahok.

Fenomena munculnya figur non parpol ini terasa janggal. Sebab, ada 10 parpol yang sedianya ikut bertarung dalam Pilkada DKI 2017. "Ini menandakan kaderisasi dalam tubuh parpol bermasalah. Partai tidak mampu melahirkan pemimpin-pemimpin internal sekaliber bupati dan walikota yang melejit," kata pengamat politik, Heri Budianto, Jumat, 23 September 2016.

Secara rinci, berikut nama figur calon yang sesungguhnya bukan kader parpol yang kini bermain di bursa Pilkada DKI 2017. Pertama, Agus Harimurti Yudhoyono. Putra sulung SBY yang terlahir di Bandung tahun 1978 ini sejak awal meniti karir di militer menapaki jejak ayahnya.

Agus Harimurti Yudhoyono

FOTO: Agus harimurti Yudhoyono

Di militer, karir Agus Harimurti Yudhoyono terbilang cemerlang. Beberapa kali Agus sekolah di luar negeri dalam bidang militer. Dan tentunya dengan prestasi memuaskan. Kini Agus didapuk menjadi Komandan batalyon infanteri mekanis Arya Kemuning. Sejauh ini Agus Harimurti Yudhoyono sudah berpangkat Mayor namun tetap, prestasinya tidak bisa disepelekan dalam bidang militer.

Figur kedua nonparpol berikutnya adalah Anies Baswedan. Pria asli Jawa Barat kelahiran tahun 1969 ini berbasis akademisi. Ia pernah didaulat menjadi rektor termuda pada tahun 2007 saat menjabat Rektor Universitas Paramadina dengan usia 38 tahun menggantikan cendikiawan muslim Nurcholis Madjid.

Di tahun 2013, Anies Baswedan pernah ikut konvensi calon presiden lewat penjaringan Partai Demokrat. Meski akhirnya hal itu tak terwujud di Pilpres 2014. Namun, akhirnya Anies Baswedan menjadi juru bicara pasangan capres dan cawapres waktu itu, Joko Widodo dan Jusuf Kalla.

Dan kemudian berhasil ikut memenangkan pasangan Jokowi-JK hingga menjadi presiden. Atas partisipasinya itu, Anies pun ditunjuk menjadi salah seorang deputi kantor transisi Jokowi-JK bersama tim pemenangan Jokowi-JK.

Anies Baswedan saat mengunjungi SDN 01 Lebak Bulus

FOTO: Anies Baswedan saat masih menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Hingga akhirnya Anies ditunjuk menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan oleh Jokowi pada Oktober 2014. Namun entah mengapa, pada perombakan kabinet pada Juli 2016, Anies justru terpental dari Kabinet Kerja Jokowi-JK. Posisinya digantikan oleh Muhadjir Effendy yang merupakan rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

Figur nonparpol ketiga adalah, Sylvia Murni. Tokoh wanita asli Betawi merupakan birokrat di Pemerintah DKI Jakarta. Tahun 1997-1999, Sylviana pernah cuti dari PNS karena menjadi anggota DPRD dari Partai Golkar. Lalu kemudian kembali berkecimpung di dunia pemerintahan.

Cawagub DKI Sylviana Murni

FOTO: Sylviana Murni

Selama berkarir sebagai PNS, Sylviana memang dikenal teladan dan berprestasi. Ia menjadi satu-satunya PNS yang sudah bergelar profesor. Tahun 2013, Sylviana pernah menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Barat lalu menjadi Asisten Pemerintah DKI Jakarta dan kemudian hingga kini terakhir di era Basuki Thahaja Purnama atau Ahok, mantan None Jakarta pada tahun 1981 ini menjabat sebagai Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Budaya dan Pariwisata.

Tidak ada karir politik tercatat lebih jauh soal Sylviana Murni. Karir birokratnya lebih kuat dan memang diakui piawai dalam bidang pemerintahan.

Figur nonparpol berikutnya adalah Ahok atau Basuki Thahaja Purnama. Figur pria kelahiran Belitung Timur tahun 1966 ini boleh dibilang kader nonparpol untuk Pilkada DKI 2017.

Pasalnya, ia memang telah menyatakan mundur dari Partai Gerindra pada tahun 2014 ketika duduk sebagai Gubernur DKI Jakarta yang menggantikan Jokowi yang terpilih sebagai Presiden.

Sejak tahun 2009, Ahok merupakan anggota Komisi II DPR RI. Ia duduk di kursi dewan lewat Partai Golkar. Namun kemudian mengundurkan diri pada tahun 2012, lantaran ikut berlaga dalam Pilkada DKI Jakarta bersama Jokowi.

Saat itu, Basuki memilih lewat perahu Partai Gerindra. Dan terbukti berhasil memenangkan kursi perolehan suara dengan meraup suara 53,82 persen. Saat itu, PDIP dan Gerindra pun naik pamor. Dua partai ini juga yang akhirnya memiliki kursi lebih banyak di DPRD DKI. PDIP sebanyak 28 kursi dan Gerindra dengan 15 kursi.

Dan kini, setelah menggantikan Jokowi sejak 2014. Praktis Ahok memang bukan kader parpol manapun. Bahkan meski kini telah dipinang sebagai calon Gubernur DKI untuk tahun 2017 lewat PDIP, Ahok tetap tidak mau masuk PDIP.

Ahok dan Djarot Daftar ke KPUD

FOTO: Megawati Soekarno Putri, Basuki Thahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat

"Enggak. Enggak pernah (jadi kader) dari dulu. Dari tahun 2003 juga sudah diminta jadi kader (PDIP)," kata Ahok di Balai Kota, Jakarta, Rabu 21 September 2016.

Lantas kemana para kader parpol saat pilkada DKI 2017 kali ini? Menurut Direktur Eksekutif Political Communication (PolComm) Institute Heri Budianto, kondisi ini memang menunjukkan buruknya proses kaderisai di parpol yang ada di Indonesia.

Tak cuma itu, parpol ternyata juga tak menyiapkan para pemimpin muda yang siap tarung untuk Pilkada. Alhasil, satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan cara pintas.

Yakni menempatkan figur yang bisa dianggap populer dan bisa membantu mendongkrak nama parpol. "Partai politik minim menyediakan pemimpin muda berkualitas," kata Heri.

Idil Akbar, pengamat politik dari Universitas Padjajaran juga berpendapat serupa. Lemahnya parpol dalam menyiapkan calon pemimpin menjadi preseden buruk bagi parpol itu sendiri.

Jalan pintas menggunakan orang nonkader yang populer telah menjatuhkan citra parpol. "Partai kebanyakan hanya berorientasi yang penting menang, meski yang didukung bukan kadernya sendiri," katanya.

Lalu apa kata petinggi parpol soal figur nonkader yang kini bermain di Pilkada DKI 2017?

"Soal pengalaman tidak pernah ada yang bisa dinilai dari orang baru karena memang belum pernah menduduki jabatan dalam birokrasi. Tetapi seseorang yang baru adalah suatu harapan, harapan Jakarta untuk rakyat itulah yang akan kami berikan kepada warga Jakarta," kata Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Romahurmuziy menjawab munculnya Agus Harimurti Yudhoyono.

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya