Jawaban RSHJ Soal 'Keanehan' di Ruang Operasi Bayi Kembar

Hasil Ultrasonografi atau USG Raudiah Elva Ningsih dari RSUD Budhi Asih.
Sumber :
  • Anwar Sadat

VIVA.co.id – Dalam perjalanan kasus dugaan hilang salah satu dari dua bayi kembar, putri ibu bernama Raudiah Elva Ningsih, banyak hal terungkap. Tak hanya tentang hasil Ultrasonografi (USG) yang menyatakan bayi dalam kondisi kembar atau gemeli. Tapi, juga tentang cara operasi sesar persalingan yang dirasa aneh.

Malu Punya Anak di Luar Nikah jadi Alasan Pelaku Buang Bayi Kembarnya ke Sungai

Raudiah kepada VIVA.co.id, beberapa waktu lalu di Polres Metro Jakarta Timur pernah menceritakan, bahwa tim dokter yang akan mengoperasinya di Rumah Sakit Harapan Jayakarta (RSHJ), menyalakan alat musik di ruang bedah dengan suara yang sangat keras.

Salah satu lagu yang diputar pada alat musik itu, dinyanyikan penyanyi Glenn Fredly. Tapi, Raudiah tak mengetahui, apa maksud tim medis menyalakan musik itu. Tanpa persetujuan dari Raudiah dan suaminya.

Operasi Pemisahan Bayi Kembar Siam di RSSA Malang Berjalan Lancar

 "Saat akan masuk ruang operasi saya dengar lagu Gleen Gredly. Sangat kencang sekali, saya juga heran. Tapi saya duga untuk menenangkan diri," kata Raudiah.

Menanggapi keanehan selama operasi sesar bayi kembar itu, Wakil Direktur RSHJ, Ari Hidayat mengatakan, memang ada alat musik yang dinyalakan selama operasi Raudiah berlangsung. Dan menurutnya,  tidak ada standar dalam rumah sakit yang menyatakan, tidak boleh memasang alat musik.

Viral Bayi Punya 6 Kaki di NTB, Dokter Ungkap Kondisi Kesehatannya

"Tidak ada standar dalam rumah sakit yang menyatakan bahwa enggak boleh pasang alat musik, yang ada alat musik yang dipasang itu untuk membantu menenangkan pasien," kata Ari di RSHJ, Cakung, Jakarta Timur, Kamis 23 Juni 2016.

Menurut Ari, memutar alat musik dapat membantu membuat pasien merasa nyaman. Namun menurutnya adanya alunan musik, tidak memengaruhi proses persalinan saat itu. Karena musik yang diputar tidak dalam volume yang sangat keras. Dan tidak ada upaya untuk menutupi suara tangisan bayi seperti apa yang disangkakan Raudiah.

"Buat nyaman pasien dan alat musik itu enggak melebihi ambang batas suara yang telah ditentukan Rumah Sakit Harapan Jayakarta," ujarnya.

Selanjutnya... Cerita Persalinan Bayi Kembar....

Cerita Persalinan Bayi Kembar

Dalam berbagai keterangannya selama ini, Raudiah belum pernah memaparkan secara lengkap, proses kehamilan hingga operasi sesar usai dilaksanakan. Raudiah baru mau berbicara panjang lebar saat ditemui di Polres Metro Jakarta Timur, saat melaporkan RSHJ atas kasus itu,  kepada VIVA.co.id, Senin, 20 Juni 2016.

Raudiah menceritakan, jauh sebelum dirinya melakukan persalinan, di usia kandungan tujuh minggu, dia memeriksakan kandungan ke Puskesmas Jatipadang di Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Saat itu, dilakukan proses perekaman detak jantung janin. Dan hasilnya, janin yang dikandung ibu yang telah melahirkan delapan anak itu, kembar atau dalam bahasa medis, dalam kondisi gemeli.

Saat itu, tim medis memastikan janin berkembang dengan baik. Karena, saat diperiksa, detak jantung janin terdengar normal, dan dipastikan ada dua suara detak jantung yang terdengar dari alat medis.

"Ada dua detak jantung,  semua pemeriksaan medis menunjukkan kalau saya mengandung dua bayi," kata Raudiah .

Menurut Raudiah, dari delapan kali mengandung, baru kali ini ia merasakan perbedaan yang mencolok, selama mengandung, ia merasa sangat sesak. Tim medis di Puskesmas tersebut menyatakan, hal itu biasa terjadi pada seorang ibu yang mengandung bayi kembar.

"Saya merasakan sesak luar biasa saat itu, sampai saya tidak bisa tidur telentang dan miring. Karena kalau saya tidur miring ke kiri, saya rasa nyeri dan janin saya goyang. Begitu juga kalau saya tidur miring ke kanan. Sampai saya akhirnya mesti tidur duduk selama dua bulan," kata Raudiah.

Selanjutnya... Satu Bayi Sungsang...

Satu Bayi Sungsang

Setelah usia kandungan memasuki usia 31 minggu, Raudiah kembali memeriksakan kandungannya, kali ini ia memeriksakan kandungan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Budhi Asih, Jakarta Timur.

Di RSUD ini, Raudiah menjalani pemeriksaan lebih lengkap, yakni menggunakan Ultrasonografi (USG), saat pemeriksaan dilakukan, menurut Raudiah, sedikitnya ada lima saksi yang melihat kondisi bayi kembar di dalam rahim melalui monitor USG.

"Jadi di Budhi Asih, saya di USG, saat itu ada lima orang saksi ada tim medis, dokter, dan suami dan melihat di layar monitor ada dua janin," katanya.

Dokter kandungan di RSUD Budhi Asih menurut Raudiah memaparkan, kondisi kedua janin normal. Meskipun salah satu janin dalam posisi lab bokong terbalik. Berat kedua janin juga normal, yakni 1,4 kilogram dan 1,6 kilogram.

"Dibilang salah satunya dengan lab bokong normal satu lagi lab bokong sungsang atau terbalik, jenis kelamin keduanya perempuan," ujar Raudiah.

Akhirnya menurut Raudiah, pihak RSUD Budhi Asih mengeluarkan surat rujukan untuk melakukan persalinan di RSHJ.

Di hari yang telah diperkirakan, pada 7 Mei 2016, Raudiah pun mulai mendapatkan perawatan pra persalinan di RSHJ. Tapi, berdasarkan informasi yang dihimpun VIVA.co.id, setiba di RSHJ, Raudiah melakukan proses USG melalui jalur tak resmi.

Dan, dari hasil USG tak resmi itu juga didapatkan hasil yang sama, yakni, Raudiah mengandung bayi kembar. Meskipun hasil USG itu tidak terdaftar resmi dalam data rekam pasien RSHJ

Setelah proses USG tak resmi usai, keesokan harinya, 8 Mei 2016, tim medis menyarankan persalinan dilakukan dengan jalan operasi sesar, dengan pertimbangan, dari hasil surat rujukan RSUD Budhi Asih, salah satu bayi berada dalam kondisi terbalik alias sungsang. Atas saran itu, Raudiah akhirnya menempuh jalur operasi sesar.

"Saya sesar itu arahan dari rumah sakit, padahal saya sudah 8 kali melahirkan dan semuanya normal. Tapi kenapa ini disuruh sesar. Kalaupun mungkin alasan sesar karena bayinya kembar, ini kenapa cuma satu pas lahirnya," katanya.

Selanjutnya... Bayi Lahir Hanya Satu...

Bayi Lahir hanya Satu

Raudiah menceritakan, pada hari itu, tim dokter menjadwalkan operasi sesar dilaksanakan pukul 13.00 WIB. Tapi ternyata tim dokter mempercepat proses operasi menjadi pukul 09.00 WIB.

"Ternyata dipercepat jadi jam 9 pagi. Dengan alasan dokternya mau pulang. Saya kemudian dibawa ke ruang operasi dan saat mau menuju ruang operasi saya berpapasan dengan Dokter Zainuri. Di sana bidannya bertegur sapa dengan Dokter Zainuri," ujar Raudiah.

Setiba di dalam ruang operasi, Dokter Zainuri, menurut Raudiah meminta dirinya untuk duduk dan disuntik. "Sama Dokter Zainuri ditanya nama, disuruh duduk, nungging disuntik, baru dibelek," katanya.

Saat operasi mulai berjalan, Raudiah dalam kondisi sadar dan bisa melihat serta mendengar apapun yang terjadi di sekitarnya. Tapi, usai operasi dilakukan, ia tak mendengar suara tangisan bayi.

"Dibius lokal, saya masih bisa lihat dan bisa mendengar. Tapi waktu itu enggak mendengar tangisan bayi. Jadi waktu bersalin juga saya ditutup kain putih dan kain warna hijau. Jadi enggak bisa melihat bayinya. Tangan juga diikat," katanya.

Saat itu, ia hanya seorang diri menjalani operasi sesar. Karena, tim medis melarangnya untuk didampingi siapa pun termasuk suaminya. "Karena saat itu suami tidak boleh masuk kata pihak rumah sakit," katanya.

Usai operasi, dokter menyatakan Raudiah hanya punya satu bayi. Raudiah terkejut dengan jawaban itu. Ia pun berusaha mempertanyakannya. Tapi, pada saat itu justru ia mendapat jawaban yang kurang pantas dari seorang asisten dokter.

"Pas saya tanya, salah satu asisten dokter malah marah-marah sama saya dan memaki saya. Saya tidak bisa buat apa-apa karena saat itu, saya juga takut karena perut saya masih dijahit sama dia, akhirnya seorang perawat laki-laki menghampiri saya dan menenangkan saya," kata Raudiah.

Raudiah mengaku sangat sedih karena dia telah menyiapkan dua nama untuk bayinya yakni Callyta Yuzira Silva dan Callya Razeena Kivah. Namun, hanya Callyta yang ia terima.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya