5 Hal Pemicu Kasus Racun Mirna Sangat Heboh

Wayan Mirna Salihin semasa hidup
Sumber :
  • Instgam #ariefmirna2015

VIVA.co.id - Kasus kematian Wayan Mirna Salihin akibat meminum kopi beracun sianida di Restoran Olivier, Mal Grand Indonesia, menjadi salah satu kasus pembunuhan yang sangat menghebohkan di Indonesia di awal tahun 2016.

Kasus ini kian menghangat tatkala polisi menetapkan teman Mirna, Jessica Kumala Wongso, sebagai tersangka.

Setiap hari sejak kasus kematian Mirna muncul di media pada Rabu 6 Januari 2016, semua lapisan masyarakat membicarakannya. Terutama di ranah media sosial.

Pengamat sosial Universitas Indonesia, Devie Rachmawati, menyebut popularitas kasus ini sebagai fenomena 'media sirkus'.

Devie memaparkan, berdasarkan pengamatannya selama ini, ada 5 hal penting yang menyebabkan publik begitu sangat antusias ingin mengetahui setiap detik perkembangan kasus ini.

1. Ketertarikan yang besar terhadap kasus ini dilatarbelakangi oleh sifat kasus ini yang relatif baru. Modus pembunuhan menggunakan medium minuman jarang mencuat di publik. Inilah yang merangsang keingintahuan yang tinggi dari publik.

"Dalam studi terkini, publik yang sekarang memiliki media untuk bersuara melalui media sosial, akan tertarik pada 3 karaker isu yaitu isu yang mengagetkan; berbeda dan langka. Kasus Jessica ini memenuhi ketiga syarat tersebut. Tak heran kemudian publik bahkan memunculkan spekulasi atas kasus ini, hingga memunculkan apa yang disebuat trial by social media, pengadilan oleh media sosial," ujar pengamat berparas manis itu.

2. Pengadilan oleh media sosial ini sebenarnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa saat lalu, kasus pembunuhan terhadap seorang karyawan ABC di Australia, bernama Jill, telah melahirkan fenomena yang sama. Dalam waktu 2 jam, berita tentang Jill telah melahirkan 7.500 tweet. Dan pemberitaan tentang Jill memperoleh 18 ribu likes dan 35 juta feeds.

"Kedua kejadian tadi (Jessica dan Jill) sama-sama menimbulkan ketidakpastian, yang membuat publik merasa perlu menyampaikan spekulasi untuk menjawab keingintahuan publik," kata mantan Humas UI tersebut.

Jessica Mengaku Iseng Rapikan Paper Bag Saat Menunggu Mirna

Selanjutnya...sharing is helping...



3. Di era komputasi ini, individu yang satu dengan yang lain biasanya akan memiliki koneksi yang sangat kuat satu sama lain, sehingga memunculkan rumus komunikasi : sharing is helping.

"Berbagi informasi apapun seputar kasus ini, dianggap akan membantu siapapun. Semisal, membagi 'lelucon' soal Jessica dan kopi, bagi pengirimnya adalah sebagai upaya mengingatkan publik bahwa kita perlu berhati hati sekarang dengan produk yang ditawari kepada kita," kata Devie.

4. Dari sisi hukum, tentu saja, penyebaran informasi yang masif tentang Jessica, walau banyak yang bersifat spekulatif, dinilai sangat tidak adil secara hukum. Hal ini dianggap akan mampu mempengaruhi opini penegak hukum untuk memimpin upaya pengungkapan kasus ini.

"Di beberapa negara maju yang juga mendapati fenomena yang sama, salah satu cara untuk mencegah trial by social media ini adalah dengan melahirkan aturan bahwa bagi publik yang mewartakan sebuah kasus sebelum kasus tersebut diputuskan oleh pengadilan, dapat dijerat hukum pidana. Hal ini dimaksudkan untuk memastikan para tersangka dapat menjalani proses hukum dengam objektif dan adil," paparnya.

5. Secara umum, keterlibatan publik untuk berbagi informasi kepada khalayak luas melalui media sosial tidak melulu berdampak negatif. "Action oriented" dalam hal membagi informasi kejahatan misalnya, justru dapat membantu aparat keamanan untuk dapat menemukan secara cepat tersangka.

"Oleh karenanya yang perlu dipastikan ialah adanya keseimbangan dalam hal publisitas dan proses hukum yang adil," ujar Devie.

Jessica Sering Menoleh ke Meja 54 Sebelum Mirna Tewas
Jessica Kumala Wongso

Saksi Ahli Akui Tak Ada Gerakan Jessica Memasukkan Sianida

Hanya ada gerakan tangan saat membuka tas.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016