Peci 'Keramat' Bung Karno Ternyata Buatan Tanah Abang

Sumber :
  • VIVA.co.id / Dody Handoko

VIVA.co.id - Mochamad Achadi adalah Menteri Transmigrasi dan Koperasi pada Kabinet Dwikora (1964 – 1966) zaman Presiden Soekarno. Ia bercerita banyak tentang Bung Karno, mulai dari kisah heroik hingga yang unik dan menarik.

Dalam buku Total Bung Karno, karya Roso Daras, diceritakan bahwa Achadi punya kisah tentang peci Bung Karno. Ia saat itu duduk di mobil kepresidenen berdua Bung Karno di bangku belakang. Di depan, sopir dan ajudan berkonsentrasi membawa Bung Karno dan Achadi dari Bogor menuju Jakarta.

Di belakang, Achadi asyik ngobrol bersama Bung Karno, hingga tiba saat ketika Bung Karno melepas pecinya. Peci hitam lambang nasionalisme Indonesia yang telah ia perkenalkan ke seluruh penjuru dunia itu, kini tidak lagi menutupi kepala Bung Karno yang mulai botak.

Spontan Achadi teringat, betapa orang-orang di sekitar Bung Karno, sampai rakyat jelata di warung kopi, begitu antusias jika berkisah soal peci Bung Karno. Sama antusiasnya dengan topik mengenai tongkat komando dan kacamata hitam yang juga menjadi ciri penampilan Bung Karno.

Begitu kharismatiknya Bung Karno, sehingga apa-apa yang melekat pada dirinya, sering kali dihubung-hubungkan dengan peristiwa supranatural, atau tidak sedikit yang memandangnya dari sisi spiritual. Maka, ketika melihat Bung Karno melepas peci, muncul di benak Achadi, keinginannya “mencetak sejarah”, setidaknya sejarah bagi hidupnya.

“Bagaimana pun, saya harus bisa memegang peci Bung Karno,” kata hati Achadi. Sedangkan kata mulut Achadi adalah, “Bung, izinkan saya saja yang memegang pecinya. Dengan begitu, Bung Karno bisa duduk dengan nyaman tanpa harus memegangi terus peci itu.”

 “Baiklah,” berkata begitu, Bung Karno langsung memindahkan peci yang dipegangnya ke tangan Achadi yang sigap menyongsong.

Setelah memegang peci Bung Karno, Achadi justru banyak diam. Bung Karno sendiri diam. Tetapi, di dalam hati Achadi, terdengar gemuruh suka cita dan rasa girang bukan kepalang. Ia telah berhasil “membuat sejarah”

Kisah tentang peci itu tak cuma dari Achadi. Kabarnya, peci Presiden "Soekarno" bikinan Tanah Abang. Dari berbagai sumber disebutkan,  Presiden Soekarno kerap menemui Datuk Mujib bin Sa'abah.

Curahan Hati Bung Karno yang Jadi Sasaran Pembunuh

Saban bulan dia berkunjung ke rumahnya di Warung Ayu, Tanah Abang, Jakarta Pusat, untuk berbincang soal hukum dan pemerintahan.

Saat ini orang lebih mengenal bekas tempat tinggal Datuk Mujib dengan sebutan Gang Mess Dalam. Di sana ada sebuah masjid berlantai dua berdiri di atas tanah 72 meter persegi. Masjid itu berada di samping rumah Datuk. Masyarakat sekitar lebih mengenal dengan nama Langgar Datuk.

Padahal masjid ini bernama Darussalam dibangun seabad silam. Berawal dari sana, Soekarno juga mengenakan peci buatan orang asli Tanah Abang bernama Mustofa Ahmad. Mustofa tinggal di Kebon Pala.

Ceritanya begini. Soekarno satu hari mendatangi warung mie milik Abdurrahim. Warung itu bernama Warung Subur dan terletak tidak jauh dari Tanah Abang. Ketika berkunjung, Soekarno memperhatikan peci dikenakan Abdurrahim.

Dia kemudian menanyakan tempat pembelian peci berwarna hitam itu. Abdurrahim lantas mengantarkan Soekarno ke tempat Mustofa Ahmad. Soekarno langsung naksir peci bikinan Mustofa. Soekarno pesen peci, kadang selusin, demikian menurut keterangan  Bahtinoor, 82 tahun, murid terakhir Datuk Mujib.

Hasto Datangi KPK

Peran Penting Kerajaan Kotawaringin Bagi Kemerdekaan RI

Kerajaan Kotawaringin merupakan cikal bakal Provinsi Kalteng.

img_title
VIVA.co.id
20 Januari 2016