Warga Riau: Kami Butuh Oksigen Bukan Kapal Perang

Jembatan Siak III ditutupi kabut asap di Pekanbaru, Riau
Sumber :
  • Antara/ Rony Muharrman
VIVA.co.id
Mengapa Praktik Bakar Hutan Berulang Lagi?
- Warga Riau terpapar kabut asap yang cukup parah. Mereka terpaksa menghirup udara dengan kualitas berbahaya. Ada yang berusaha melindungi kesehatan dengan menggunakan masker ala kadarnya, tapi ada juga yang nekat tanpa masker.

DPR Pertanyakan SP3 atas Perusahaan Tersangka Pembakar Hutan

Pemerintah sudah berencana melakukan evakuasi. Salah satunya berencana membawa warga ke dalam kapal perang.
Zumi Zola Berikan Eskavator Tiap Kecamatan di Jambi


"Maulah dievakuasi. Soalnya sudah berbahaya begini. Pemerintah harus cepat," kata warga jalan Meranti Pekanbaru, Riau, Imelda pada
VIVA.co.id,
Sabtu, 24 Oktober 2015.


Namun, jika pemerintah jadi melakukan evakuasi, harus ada jaminan keamanan terhadap harta benda mereka di rumah agar tidak dijarah orang.


"Jangan sampai nanti kami dievakuasi, barang-barang kami juga dievakuasi maling nanti. Harus ada jaminan keamanan harta benda yang ditinggal aman," ujar Imel yang sehari-hari berjualan di warung.


Lain halnya dengan salah seorang karyawan swasta, Yusuf yang bekerja sebagai
designer
. Ia tidak mau dievakuasi ke kapal perang. Apalagi, Riau daratan jauh dari laut.


"Jadi bagaimana mau menjangkau kami untuk dievakuasi ke kapal? Perairan terdekat mungkin sungai Siak. Tapi mungkin sudah tidak bisa dilewati kapal perang besar," ujarnya.


Sebaiknya, lanjut Yusuf, pemerintah mengevakuasi ke gedung-gedung terdekat dari tempat tinggal warga. Bisa di gedung pemerintahan, gedung perkantoran swasta atau hotel-hotel.


"Kalau bisa sekarang juga pemerintah membagi-bagikan oksigen setiap rumah. Terutama bagi rumah yang tidak ber-AC atau warga miskin," sebut pria satu anak ini.


Ia menambahkan, anak dan istri terpaksa diungsikan ke tempat mertuanya. "Saya ungsikan ke Rohul. Di sana ada asap, tapi tak separah di Pekanbaru," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya