Ketua Laskar Jayakarta Jakut Tewas Ditembak, Keluarga Protes

Ilustrasi aksi penembakan.
Sumber :
  • ANTARA/Andika Wahyu

VIVA.co.id - Ketua Laskar Jayakarta Jakarta Utara, Jupri Pasaribu, alias Jamal ditembak di bagian punggung belakang oleh anggota kepolisian, yang diduga dari Polsek Tanjung Priok.

Penembakan Brutal di Texas, 1 Tewas 3 Luka Parah

Peristiwa ini terjadi di Kolong Sungai Bambu, Jalan Jati VIII RT 08/ 09, Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat malam 3 Juli 2015, sekitar pukul 20.00 WIB.

Panca Naenggolan, yang mengaku sebagai kerabat Jamal, membenarkan adanya penembakan yang dilakukan oleh salah satu anggota kepolisian yang diketahui dari Polsek Tanjung Priok. Menurut dia, penembakan itu tidak sesuai dengan prosedur.
Kejanggalan Kasus Ujang Tembak Polisi di Bandung

"Saya memang kerabatnya. Ini kenapa kerabat saya yang lagi mabok, kok main langsung tembak punggung belakangnya? Ini kan enggak sesuai prosedur. Memang Jamal mabuk, tetapi Seharusnya kan enggak seperti itu. Kakinya saja tembak," ketus dia di lokasi kejadian, Sabtu 4 Juli 2015 dini hari tadi.
Rebut Senjata, Ujang Tembaki Dua Polisi Hingga Terkapar

Berdasarkan pantauan di lokasi, nampak beberapa warga tengah berkerumun di lokasi kejadian yang tak jauh dari Kolong Tol Sungai Bambu dan Kantor Sekretariat RW 09.

Di lokasi, Panca bersama warga menunjukkan bercak darah milik Jamal yang menetes di aspal. Bercak darah yang mengering itu, Panca menjelaskan, kala itu Jamal tengah terkapar tak berdaya dan tengah ditolong keponakannya yang bernama Christ.

"Jadi begini, keponakan Jamal, Christ datang mengadu ke Polsek Tanjung Priok. Katanya, si Jamal ini ketembak sama anggota polisi yang dibawa Suprapto. Ada dua anggota. Dua anggota ini datang untuk mengamankan si Jamal yang lagi mabok dan buat onar," ujarnya di lokasi kejadian.

Panca menceritakan mulai dari awal, diketahui Jamal diduga tengah berselisih dengan Suprapto. Panca dan warga lainnya pun sama-sama tak tahu, apa penyebab perselisihan antara mereka berdua.

Namun, perselisihan itu pun dikatakan Panca berujung keributan. Kala itu, Jamal dipukul oleh Suprapto dan sempat dipisahkan warga sekitar yang saat itu tengah berbuka puasa bersama dengan kepolisian di Kolong Tol Sungai Bambu.

"Warga pada misahin yang lagi ikut bukber sama polisi. Alhasil, Jamal ini pulang ke rumahnya. Suprapto mungkin gak puas. Jamal yang awalnya mau ngadu tragedi pemukulan itu, justru keduluan Suprapto melapor ke Polsek. Dia (Suprapto) melapor ke polisi malah yang aneh-aneh. Katanya si Jamal mabok sambil nendang-nendang mobil anggota polisi," kata Panca.

Singkat cerita, kata Panca, berdasarkan laporan Suprapto, polisi datang dan mencari keberadaan si Jamal.

"Singkat cerita ya, si Jamal ini lari ke sini nih (sambil menunjuk lokasi kejadian) dan terjatuh. Jamal jatuh, karena ditembak punggungnya. Yang saya bingung, kalau memang Jamal mabuk, kenapa enggak dirangkul saja. Orang mabuk kan gampang ditangani. Kok ditembak? "katanya.



Tak lama kejadian itu berlangsung, Christ menghampiri Jamal yang bersimbah darah lantaran punggung belakangnya tertembak.

"Itu si Christ teriak minta tolong, cuman jalanan katanya lagi sepi. Enggak ada yang nolongin. Si Christ sempet meluk-meluk si Jamal. Itu pun saya tahu kejadian ini berdasarkan keterangan warga sekitar," terangnya.

Panca yang tak tahu persis detail kejadian itu tetap menuturkan protesnya terhadap anggota kepolisian yang menembak kerabatnya dalam kondisi mabuk. Ia mengaku, kerabatnya bukanlah teroris, atau target operasi kepolisian.

"Saya mau menanyakan kepastian fakta sesungguhnya. Ini sebenarnya bagaimana sih kejadian sebenarnya? Bagi kami selaku keluarga, ini polisi sudah melanggar etika kepolisian. Pertama-tama, pihak keluarga Jamal akan mempertanyakan hal ini ke Kompolnas," ujarnya.

Ia juga mengaku, Jamal tewas dalam perjalanan ke Rumah Sakit RS Kramat Jati Polri. "Keluarga masih di RS Polri. Jamal sudah tewas," singkatnya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya