Mangga Dua, Antara Pusat Hiburan Malam dan Sejarah

Kawasan Pecinaan Mangga Dua, Jakarta Utara
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Kawasan pecinan di Batavia yang masyhur selain di kawasan Glodok adalah wilayah Mangga Dua. Zaman VOC berada di luar benteng kota Batavia, merupakan wilayah penempatan bagi permukiman pribumi kelompok etnis. Posisinya sebelah tenggara Kasteel Batavia.

Wilayah ini menjadi lahan pertanian bagi keperluan Kasteel Batavia. Dalam perkembangan berikutnya, banyak pejabat VOC Belanda dan orang kaya Eropa yang memilih membangun bungalow di daerah ini. Salah satu yang terkenal adalah Pieter Erberveld yang memiliki tanah luas di Mangga Dua.

Di pojok tenggara Kasteel Batavia terdapat tempat hiburan yang disebut dengan Macao Pho, di sini banyak wanita penghibur yang didatangkan dari Macao atau daratan China untuk menghibur para pelaut yang datang bersampan melewati Ciliwung yang menghubungkan Jassenberg (jembatan Jassen) dengan pelabuhan.

“Ada tempat hiburan, ada juga tempat ibadah. Maka, di sini juga terdapat Gereja Sion bagi orang-orang Portugis tawanan VOC Belanda yang dimerdekakan, karena pindah anutan dari Katholik menjadi Protestan atau kaum mardijker,” kata Budayawan Betawi, Ridwan Saidi.

Di Mangga Dua terdapat banyak peninggalan sejarah, yaitu masjid kuno bernama Nurul Abrar yang dibangun awal abad ke-20, di dalamnya terdapat makam keramat. Berdiri sejak 1841, masjid itu masih menyisakan mimbar dan empat pilar sebagai bagian aslinya.

Ada 12 makam yang menjadi bagian masjid. Namun, satu makam yang paling sering menjadi tujuan utama ziarah warga, yaitu makam Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Aluwi Bahsan Jamalulail. Dia adalah keturunan dari Husein bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah dari putrinya Fattimah Azzahra.

Di masjid ini terdapat pula beberapa makam ulama yang berasal dari Hadramaut serta terdapat makam Sultan Bone yang oleh sebagian jamaah dan warga dinilai keramat. Termasuk makam pendirinya, habib dari keluarga Jamalullail.

Selain itu, terdapat pemakaman orang-orang Tionghoa, termasuk makam Kapitein China pertama di Batavia, Souw Beng Kong. Ia adalah sahabat lama dari Jan Pieterzon Coen.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Ketika JP. Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC dan mulai membangun Kasteel Batavia, ia mengajak Souw Beng Kong yang berada di Banten untuk membawa masyarakat China bergabung di Batavia. Kemudian Souw Beng Kong datang ke Batavia dengan membawa 300 orang China.

“Maka, ia diberi pangkat Kapitein, sebuah pangkat tertinggi bagi kelompok etnis yang menjadi abdi VOC. Kelompok masyarakat lain juga diberi pangkat demikian Seperti Kapitein Arab, Kapitein Banda, Kapitein Bali, juga pangkat Mayor, dan Liutenant,” ucap Ridwan.

Skesta arwah

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Aneh tapi nyata, namun begitulah faktanya.

img_title
VIVA.co.id
19 Januari 2016