- Muhammad Iqbal
VIVA.co.id - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama memastikan, penggusuran terhadap kawasan pemukiman liar di bantaran Kali Ancol tetap akan dilaksanakan meski puluhan warga dari bantaran kali yang berada di Kelurahan Pinangsia itu mencoba mengepung kediamannya di Jakarta Utara.
"Terserah warga mau demo saya, mau nyerang rumah saya, pemukiman liar warga akan tetap saya bongkar," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu, 27 Mei 2015.
Ahok beralasan, kawasan pemukiman liar warga yang berada di Jakarta Barat itu perlu dibongkar untuk menyelesaikan permasalahan banjir di Jakarta.
Warga diketahui menduduki lahan sepanjang 2,8 kilometer di sepanjang bantaran kali itu.
Wilayah tersebut lah yang perlu dibebaskan dari keberadaan pemukiman agar kapasitas Kali Ciliwung dalam mengalirkan limpahan air ke Waduk Pluit menjadi semakin besar.
Dengan cara itu, air tidak perlu dilimpahkan melalui pintu air Pasar Ikan ke kali di sepanjang Jalan Gunung Sahari yang memiliki kapasitas sangat terbatas. Saat kali di sepanjang Jalan Gunung Sahari meluber, kawasan di sekitar kali tersebut dipastikan akan menjadi tergenang.
"Kalau mereka enggak dipindahkan, 10 juta warga Jakarta akan susah karena kebanjiran terus. Sekarang kamu pilih mana?" ujar Ahok.
Sebelumnya diberitakan, puluhan warga bantaran Kali Ancol mengepung kompleks perumahan Ahok di Taman Mutiara, Pluit, Jakarta Utara kemarin malam, untuk menolak rencana penggusuran yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI terhadap kawasan pemukiman mereka.
Sementara itu, penggusuran rumah warga di wilayah Pinangsia sudah mulai berlangsung. Sejak pagi tadi, ratusan petugas Satpol PP mulai menghancurkan satu persatu rumah warga.
Di waktu yang sama, puluhan warga berusaha menghadang lajur mobil dinas Ahok di ruas jalan Perempatan Kunir.
Warga berusaha mencari mobil dinas Ahok yang biasanya setiap hari melintas di ruas itu saat Ahok bertolak dari rumahnya ke kantor gubernur.
DKI Rayu Warga Gusuran Pinangsia Pindah ke Rusunawa Marunda
Masih ada sekitar 30 kepala keluarga yang bertahan di Pinangsia.
