Ternyata Dulu Gedung Fakultas Kedokteran UI Pabrik Opium

Pabrik Opium di Jalan Kramat, Batavia
Sumber :
  • KITLV

VIVA.co.id - Bunga opium (poppy), yang dalam bahasa Latin disebut Papaver somniferum, memang tidak ditanam di Pulau Jawa. Candu (opium) sudah dikenal orang di Pulau Jawa sejak berabad-abad yang lalu. Setidaknya pada abad 17 ketika Pemerintah Kolonial Belanda menjadikan candu sebagai komoditas perdagangan yang penting untuk dimonopoli serta menjadi  obyek pajak.

Pada masa VOC, bisnis itu telah berkembang pesat. Ini sesuai dengan ambisi VOC meraih keuntungan sebesar-besarnya yang menjadikan narkoba sebagai salah satu mata dagangan penting untuk pundi-pundi VOC.

Pada masa gubernur jenderal Gustaaf Baron van Imhof F (1745), diberlakukan sistem perdagangan bebas candu. Diperkirakan, dari 1619-1799, tiap tahun VOC memasok rata-rata 56 ton candu ke Pulau Jawa. Rupanya, para pedagang China, termasuk para kapiten-nya, waktu itu ketiban rezeki dari perdagangan candu. Mereka berperan sebagai perantara dalam bisnis ini.

Satu dari 20 orang Jawa mengisap candu, tulis pakar candu Henri Louis Charles Te Mechelen tahun 1882, seperti yang tercantum dalam buku Opium To Java karya James R.Rush. Di Jawa, berdasarkan hukum Hindia Belanda, terdapat juga golongan penduduk yaitu, orang barat, pribumi (inlander), dan Vreemde Oosterlingen (Arab, Tionghoa, India dan lainnya yang nonpribumi).

Pembagian itu memudahkan Belanda menentukan siapa yang berhak menjual candu (oplumpacht). Dan pada 1850 hak jual itu jadi lembaga yang bikin gendut kantong penjajah, termasuk mereka yang mendapat hak jual.

“Dan yang diuntungkan dalam hak Jual adalah warga Tionghoa yang berhasil menyuap pemerintah untuk bisa mendapat hak Jual,” ujar budayawan Betawi, Alwi Shahab.

Pabrik madat pertama dibangun pada 1894 di Struiswljk (Gang Tengah, Jakarta) dan di Meester Cornells alias Jatinegara. Pabrik Itu segera saja tak mampu memenuhi kebutuhan akan madat atau candu isap yang melonjak cepat.

Pada 1901 sebuah pabrik madat atau candu  modem dibangun di Kramat. Kawasan ini sudah lengkap dengan Jalur kereta api, di mana berton-ton candu mentah dibawa dari pelabuhan ke pabrik tersebut. Pabrik ini menandai perindustrian modem di Batavia.

Mempekerjakan hampir 1.000 tenaga pribumi, yang mengolah 100 ton candu kasar dari Benggala menjadi 70 ton candu isap bahkan kemudian di tahun 1914 meningkat menjadi 100 ton.

“Pabrik candu pertama di Batavia itu kini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Salemba,” katanya.

Pecandu di Batavia

Pecandu di zaman Batavia. (KITLV)

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI


Pada awalnya, di pabrik candu Kramat didatangkan bahan baku sebanyak 100 ton candu murni yang diimpor langsung dari Bengala, India, yang kemudian diolah menjadi 70 ton candu hisap.

Pada tahun 1914, produksi pabrik candu Kramat ini mencapai 100 ton candu hisap per tahunnya. Candu yang sudah dibungkus kemudian dari pabrik dikirimkan ke berbagai tempat gudang penyimpanan di daerah-daerah pemasarannya.

Skesta arwah

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Aneh tapi nyata, namun begitulah faktanya.

img_title
VIVA.co.id
19 Januari 2016