Sumber :
- REUTERS/Christian Hartmann
VIVA.co.id -
Polda Metro Jaya terus mendalami kasus bisnis prostitusi online yang melibatkan para gadis-gadis muda di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan. Setelah menangkap tersangka FHM, seorang mucikari dalam bisnis tersebut, polisi kini memburu orang-orang lain yang terlibat dalam bisnis ini.
"Kasus ini masih terus kami kembangkan, termasuk untuk menangkap siapa saja bosnya," ujar Kepala Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Didi Hayamansyah, Minggu 26 April 2015.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Ini Tarif Prostitusi Gigolo di Pancoran
Baca Juga :
Berkedok Pijat, Prostitusi Gigolo Dibongkar
"Kasus ini masih terus kami kembangkan, termasuk untuk menangkap siapa saja bosnya," ujar Kepala Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Didi Hayamansyah, Minggu 26 April 2015.
Didi mengakui, tersangka FHM berperan sebagai bos dalam menjalankan bisnis esek-esek online itu. Namun, dari hasil pemeriksaan lanjutan, polisi menduga FHM tidak bekerja seorang diri. Untuk itu, kepolisian terus mengejar siapa otak di balik bisnis tersebut.
"Bisa jadi, banyak bosnya. Dia (FHM) sebagai bos juga. Namun, kami masih menyelidiki siapa bosnya (yang lain)," katanya.
Didi mengatakan, enam orang pekerja seks berusia muda yang ikut ditangkap tidak akan diproses secara hukum. Nantinya, mereka akan dipulangkan ke daerahnya masing-masing.
Keenam gadis penjaja seks itu diantaranya, NSP (14) asal Jakarta, SN (16) asal Bojong Gede, Bogor, NSP (17) asal Sasak Panjang, Bogor, EM (19) asal Jakarta, LED (19), asal Bandung, dan CL (20) asal Depok.
"Mereka tidak diproses hukum, karena mereka korban," ujarnya.
Dalam menjalankan bisnisnya, FHM memasang tarif Rp600 ribu hingga Rp800 ribu perjam. Jika para pelanggan ingin mengencani gadis-gadis tersebut di luar Apartemen, dipatok harga hingga Rp2 juta hingga Rp3 juta.
Untuk memuluskan bisnisnya, FHM sengaja menyewa dua unit kamar. Pertama di unit 05 CT Tower Jasmine, untuk tempat tinggal para pekerja dan di unit 08 AU Tower Hebras sebagai tempat melayani. Para gadis-gadis belia ini dipasarkan secara online melalui sebuah situs internet. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Didi mengakui, tersangka FHM berperan sebagai bos dalam menjalankan bisnis esek-esek online itu. Namun, dari hasil pemeriksaan lanjutan, polisi menduga FHM tidak bekerja seorang diri. Untuk itu, kepolisian terus mengejar siapa otak di balik bisnis tersebut.
