Ini Alasan di Balik Maraknya Bisnis Prostitusi Online

Polisi Bongkar Sindikat Prostitusi Online
Sumber :
  • tvone

VIVA.co.id - Kepala Unit II Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kompol Teuku Arsya Khadafi, mengungkapkan pelaku prostitusi online yang memanfaatkan media sosial seperti Twitter berkembang pesat. Hal itu disebabkan karena melalui online lebih memudahkan penyedia jasa seks untuk berinteraksi dengan pelanggan. 

Ini Tarif Prostitusi Gigolo di Pancoran

Di samping itu, Twitter digunakan sebagai media untuk menawarkan jasa esek-esek karena tidak terpantau.

"Sekarang mereka tidak lagi membuka website sendiri atau pakai blog, tetapi menggunakan situs jejaring sosial seperti Twitter," ujar Arsya di Mapolda Metro Jaya, Jumat 23 April 2015.

Berkedok Pijat, Prostitusi Gigolo Dibongkar

Arsya juga mengatakan, mudahnya para pelaku bisnis prostitusi online dilihat dari cara mereka mempromosikan "barang dagangannya".

"Promosi lebih mudah, tinggal menuliskan data pribadi seperti tinggi badan, berat badan dan ukuran payudara serta menuliskan rules-nya mereka pada bio akun Twitter," kata Arsya.

Gadis Korban Prostitusi Dibanderol Rp2,2 Juta per Dua Jam

Dunia maya yang tiada batasnya, diakui Arsya dapat digunakan oleh siapa pun. Termasuk para pelaku prostitusi ini bisa dilakukan oleh siapa pun di dunia maya ini.

"Pelakunya bisa siapa saja, bisa mahasiswi atau model, karyawati, bisa siapa saja. Dan ‎pelanggannya juga bisa siapa saja dan dari kalangan mana saja," tambahnya.

Selain itu, para pelaku prostitusi online menggunakan Twitter karena tidak mudah terpantau dan lebih aman dari razia pihak berwajib.

"Maraknya bisnis ini juga dikarenakan ‎lemahnya pengamanan media sosial membuat pelaku prostitusi online menjadi tidak terkontrol," ujar Arsya.

Yang perlu disadari, dengan maraknya prostitusi online ini tidak saja membuat praktik prostitusi semakin merebak. Namun, tindak kejahatan lain akan menimpa baik kepada pelaku maupun pengguna dalam bisnis ini.

"‎Namanya juga kenal di dunia maya, belum tahu siapa orangnya, pelaku prostitusi juga bisa menjadi korban balik yang memanfaatkan jasanya," lanjut Arsya.

Dia mencontohkan seperti yang terjadi dalam kasus Deudeuh yang menjadi korban pembunuhan pelanggannya.

"Pelanggan atau pengguna jasa prostitusi online juga bukan tidak mungkin menjadi korban, seperti misalnya korban penipuan. Sebab beberapa akun ada yang menawarkan jasa seks dengan persyaratan harus membayar terlebih dahulu," kata Arsya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya