Misteri Sisa Peninggalan Harta Karun Kasultanan Banten (1)

Benteng Surosowan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dody Handoko

VIVA.co.id - Kasultanan Banten yang mulai berkembang pada abad 16 hingga akhirnya runtuh pada pertengahan abad 19, menyisakan banyak kenangan. Sisa-sisa kejayaan dan kemegahan istananya masih dapat kita saksikan hingga saat ini, berupa reruntuhan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Benteng Spellwijk, dll.

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Bangunan-bangunan itu tidak utuh, setelah dihancurkan pemerintah Hindia-Belanda pada masa Gubernur Jenderal Daendels.

Beberapa waktu lalu, sempat muncul isu tentang harta karun peninggalan kerajaan Banten. Dikabarkan, harta karun itu berada di bawah reruntuhan keraton Surosowan.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Namun, isu ini dibantah Sultan Muda Banten, Ismetullah Al Abbas. Ia menegaskan bahwa tidak ada harta karun yang tersimpan di bawah reruntuhan Keraton Surosowan, atau bangunan-bangunan bekas Kerajaan Islam Banten di Kota Banten Lama, sekitar 10 kilometer sebelah utara Kota Serang.

Penelitian dan penggalian situs Kasultanan Islam Banten, sudah dilakukan sejak tahun 1920-an, sebelum Indonesia merdeka. Berbagai dokumen yang berada di Amerika, Inggris, Belanda, dan negara-negara lainnya tentang Kerajaan Islam Banten tidak menunjukkan adanya tempat penyimpanan harta karun di bawah tanah.

“Jadi, kabar adanya harta karun itu tidak benar,” kata Ismetullah, ketika ditemui di rumahnya kawasan Banten Lama, Serang, Banten.

Kabar tentang harta karun di bawah tanah itu sempat merebak di Banten, menimbulkan kekhawatiran peristiwa penggalian Batutulis di Bogor, terulang di sini. ”Tidak ada harta yang bisa disimpan secara gaib,” tambah Ismet, yang juga Ketua Umum Paguyuban Keraton-keraton Nusantara.

Ditambahkannya, penelitian secara ilmiah selama bertahun-tahun tidak menemukan hal tersebut. Maka, dia menyayangkan sebagian kelompok masyarakat yang mempercayai kabar yang tidak jelas sumbernya dan lebih berbau mistik dibandingkan hasil kajian ilmiah.

Diterangkan Ismet, kota kerajaan Islam Banten dihancurkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Daendels pada awal abad ke-XIX. Segala bahan bangunan mulai dari kayu, harta hingga batu bata diangkut untuk dijadikan bahan bangunan pusat pemerintahan Banten yang baru di kota Serang.

Nama ilmuwan yang menelaah tentang sejarah Kasultanan Islam Banten, misalnya Husein Djajaningrat, Uka Tjandrasasmita, Hasan Muarif Ambary hingga angkatan yang lebih muda yang meneruskan penelitian ilmiah dan pengkajian data Banten .

”Bertahun-tahun mereka menggeluti soal Kasultanan Islam Banten, dan tidak satu pun kata yang menyebutkan soal harta karun,” tegasnya.

Menurutnya, jika memang ada harta karun di bawah tanah, harta karun itu sudah habis diangkut Gubernur Jenderal Deandels. Saat itu, Kota Banten Lama yang besarnya sama dengan Kota Surabaya pada tahun 1960-an, dibumihanguskan, tidak ada yang tersisa.

Asal muasal penghancuran keraton ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daendels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuhan).

Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia, bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daendels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Banten seisinya. Bersambung...

Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia

(asp)

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya