Pangeran Diponegoro Pernah Ditahan di Penjara Batavia?

Lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro
Sumber :
  • Dok: Raden Saleh Foundation

VIVA.co.id - Penjara bawah tanah yang terdapat di Museum Fatahillah Jakarta merupakan salah satu saksi sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro di Pulau Jawa melawan penjajahan Belanda. Dahulu, Museum Fatahillah merupakan Gedung Balai Kota (Stadhuis).

Pembangunannya dimulai tahun 1707, pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Joanvan Hoon. Gedung ini selesai pembangunannya tahun 1712. Di sinilah Pangeran Diponegoro menjadi tawanan perang selama 32 hari (11 April 1830 sampai 3 Mei 1830).

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Ada opini menarik tentang penjara Pangeran Diponegoro ini. Dia tidak ditempatkan di penjara bawah tanah, tapi di sebuah ruangan, di gedung sayap kiri lantai dua, Gedung Balai Kota. Pangeran Diponegoro tidak ditahan di penjara bawah tanah, karena statusnya sebagai seorang pangeran atau raja. Ia ditempatkan di ruang yang lebih terhormat, dan terpisah dari tahanan-tahanan lain, yang merupakan budak-budak.

Budayawan Betawi, Alwi Shahab, menulis bahwa Adolf Heyken (72), penulis sejarah Jakarta, menunjuk ujung paling kiri lantai dua gedung Museum Sejarah DKI, di Jalan Fatahillah 1, Jakarta Barat. Di salah satu ruangan itulah, Pangeran Diponegoro pernah dipenjarakan. Tapi, ia sendiri tidak tahu, di mana letak kamar yang pernah dihuni Diponegoro.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Sementara sejarawan Belanda, Dr F de Haan, menyesalkan, kenapa tidak diberitakan sama sekali dalam Javasche Courant (Lembaran Negara) dan koran-koran lainnya, peristiwa tibanya Diponegoro di Batavia pada 1830. Akibatnya, kata de Haan, tidak diketahui dengan pasti ruangan tempat ia pernah ditahan.

Di lantai dua Balai Kota, yang terletak di tengah pusat kota Batavia, terdapat lukisan Raden Saleh, bertajuk 'Penangkapan Diponegoro', yang ia selesaikan pada 1858. Berbeda dengan pelukis lainnya yang menggambarkan dari sudut pandang kolonial, Raden Saleh tanpa ragu menunjukkan bagaimana ekspresi Diponegoro sebagai pemenang bermoral, yang berjalan ke tempat tahanannya dengan wajah menantang para musuhnya. Termasuk menantang seorang panglima VOC.

Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia

Ada pula pendapat lain, yang menyebutkan Pangeran Diponegoro pernah mendekam di penjara bawah tanah gedung Standhuis ini. Di situs www.jakarta.go.id, dituliskan, “Di antara para tahanan termasyur yang pernah dipenjara di Penjara Balai Kota ini, adalah Pangeran Diponegoro dan Untung Suropati. Ruangan bawah tanah pada gedung Stadhuis di Taman Fatahillah, yang dipakai sebagai penjara.”

Di gedung ini, terdapat lima ruang penjara bawah tanah. “Mereka yang dinyatakan bersalah dan dipenjarakan di sini. 'Karena memberontak terhadap VOC (kesalahan politik). Karena kriminal (membunuh dan merampok), atau mengkhianati masyarakat Belanda,'' ujar Alwi.

Ruang tahanan tersebut sangat sempit, luasnya kira-kira 1x2 meter persegi. Tinggi atapnya kurang dari 150 sentimeter. Meskipun ada jeruji jendela, tetap saja terasa pengap. Menurut sejarawan Mona Lahonda dari Universitas Indonesia, hampir seluruh kamar tahanan yang sempit itu penuh sesak. Misalnya, pada 1736, dalam satu kamar tahanan berdesakan 64 orang.

Di lantai penjara terdapat bola-bola batu dengan beragam ukuran, ada yang kecil-kecil dan besar. Bola batu yang amat berat ini disambungkan pada rantai baja, yang gunanya untuk mengikat kaki tahanan agar tidak dapat kabur dari penjara.

Pangeran Diponegoro hanya ditahan satu bulan di sana. Karena kekhawatiran Belanda akan serangan dari para pengikut Pangeran Diponegoro di Jawa, bila mendengar Pangeran Diponegoro ditahan di sana.

Pada tanggal 5 April 1830, Pangeran Diponegoro dan pengikutnya diangkut dari Magelang dengan kereta api, menuju Gedung Karesidenan di Kota Semarang. Dari kota itu, dia diangkut lagi dengan menggunakan kapal Korvet Pollux, menuju Batavia. Diperkirakan, Pangeran Diponegoro tiba di Batavia pada tanggal 11 April 1830.

Pangeran Diponegoro, istri dan beberapa pengikutnya kemudian dibuang ke Manado. Tahun 1834, Pangeran Diponegoro diasingkan pemerintah Kolonial Belanda ke Benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan, dan wafat dalam pengasingan, 8 Januari 1855, di usia 89 tahun. (one)

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya