Geger Banjir Darah di Pecinan Batavia (2)

Libur Imlek, Kota Tua Tetap Ramai Wisatawan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Pimpinan
Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie/
Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI
VOC) membuat aturan yang membatasi kedatangan orang-orang China di Batavia. Pada abad ke-17, diperkirakan ada 4000 orang China di Batavia. Akan tetapi orang China menggunakan segala macam cara untuk lolos dari aturan tersebut, ada yang menyogok pegawai VOC ada pula yang membuat kekacauan. Baca tulisan sebelumnya:
Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia

VOC lalu membuat aturan untuk menangkap orang-orang China yang tidak mempunyai pekerjaan atau mata pencaharian, baik yang sudah memiliki izin menetap maupun yang tidak mempunyai surat tersebut. Kondisi panas tersebut menyebabkan terjadinya saling curiga antara orang-orang China dan Kompeni Belanda.

Ada kabar yang menyatakan bahwa orang-orang China yang ditahan dikirim sebagai budak ke Ceylon (Srilangka). Desas-desus itu menyebutkan mereka dipekerjakan sebagai pengupas kulit kayu manis dan banyak yang mati sehingga dibuang ke laut oleh VOC.

“Warga China lantas membentuk kelompok-kelompok atau laskar yang terdiri dari 50-100 orang. kabar lain menyebutkan bahwa orang China sudah bersatu untuk menyerbu VOC,” kata Sejarahwan Betawi Alwi Shahab saat ditemui di rumahnya, Condet, Jakarta Timur.

Gubernur Jendral Adrian Valckenier pada 10 Oktober 1740 akhirnya memerintahkan untuk membunuh orang-orang China yang ada dalam penjara Batavia. Hal ini diikuti pembantaian yang dilakukan tentara dan pegawai VOC di pemukiman China. Alhasil beratus-ratus rumah dan gedung musnah dimangsa api. Maklum, orang China ketika itu termasuk golongan menengah yang mendominasi sektor perdagangan dan industri. Sampai beberapa lama roda ekonomi di Batavia lumpuh.

Belum puas dengan peraturan itu, VOC mengeluarkan peraturan lebih berat. Warga China, baik yang sudah memiliki surat izin tinggal maupun belum, tapi tak memiliki pekerjaan, harus ditangkap. Warga China terguncang, mereka terpaksa tinggal di rumah-rumah dan menutup toko-toko.

Ratusan warga yang kena razia diberangkatkan paksa ke Sri Langka yang kala itu merupakan jajahan Belanda. Tapi, kemudian tersiar isu, di tengah perjalanan mereka dilemparkan ke tengah laut. Maka gegerlah warga China di Batavia dan sekitarnya.

10 Ribu korban

Menurut laporan, jumlah orang China yang tewas mencapai 10.000 orang, termasuk 500-an orang luka parah, 700 rumah dibakar. Laporan tersebut menyatakan juga bahwa orang-orang Belanda, baik sipil maupun militer bersama-sama melakukan penjarahan dengan pasukan milisi pribumi bentukan Belanda yang kejam dan rakus.

Begitu biadabnya pembantaian itu, hingga para pasien termasuk bayi-bayi yang berada di RS China (kira-kira di depan Stasion KA Beos), juga dibunuh. Orang-orang China di penjara bawah tanah di Balai Kota (Stadhuis) yang berjumlah 500 orang, semuanya juga dibunuh.

Untuk menggambarkan dasyatnya peristiwa tersebut, Willard A Hanna dalam buku Hikayat Jakarta menulis, ”Tiba-tiba secara tidak terduga, seketika itu juga terdengar jeritan ketakutan bergema di seluruh kota, dan terjadilah pemandangan yang paling memilukan dan perampokan di segala sudut kota.”

Menurut laporan kontemporer, 10 ribu orang China dibunuh, 500 orang luka parah, 700 rumah dirusak dan barang-barang mereka habis dirampok. ”Pendeknya, semua orang China, baik bersalah atau tidak, dibantai dalam peristiwa tersebut,” tulis Hanna. Bersambung.

Laporan Dody Handoko

![vivamore="Baca Juga :"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya