Cerita Kapitan China di Batavia

Wisatawan menikmati suasana liburan di kawasan kota tua, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA/Andika Wahyu
VIVA.co.id
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
- Kapitan adalah sebutan untuk pemimpin golongan masyarakat China pada jaman VOC. Awalnya gelarnya adalah Overste der Chineesen, kemudian Cappiteyn der Chineesen, dan akhirnya Cappiteyn van de Chineesen.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Sebagai Kapitan pertama di Batavia adalah Souw Beng Kong yang dilantik oleh Jan Pietrzon Coen. Institusi Kapiten atau lebih tepat Kapitan China di Batavia bertahan hingga lebih dari tiga ratus tahun (1619-1942).
 
Souw Beng Kong menjabat kapitan pertama dalam masa awal pertumbuhan kota Batavia selama tujuh tahun (1619-36), kemudian digantikan secara berurutan oleh Lim Lacco (1636-45), Phoa Beng Gam (1645-63), dan Can Si Kwa (1663-66).
 
Alwi Shahab, budayawan Betawi menerangkan, ada beberapa hal menarik dari riwayat para pembesar China tersebut. Mereka menyandang sebutan kapitan, atau letnan untuk tingkat yang lebih rendah, dan mayor untuk yang lebih tinggi. Sebutan itu mengingatkan kita pada jenjang pangkat dalam militer.

Bagi masyarakat non-China di Batavia pada masa itu, gelar kapiten (kapitein) memang berkaitan dengan fungsi kemiliteran. Kebanyakan penduduk pribumi di kepulauan Nusantara yang datang pertama-tama di Batavia adalah tentara yang tergabung dalam dinas kemiliteran VOC. Karena itu kepada pemimpinnya diberikan gelar kapiten.

Sedangkan gelar kapitan China sama sekali tidak berhubungan dengan pangkat militer melainkan jabatan sipil. Tetapi seperti dalam pangkat militer, dalam sebutan jabatan pemimpin China tersebut juga terkandung hierarki yang disesuaikan dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. Juga seperti dalam sistem kemiliteran pada umumnya, seorang pemimpin (China) bisa memperoleh kenaikan pangkat sesuai reputasi dalam tugasnya.

Sampai abad ke-19 diketahui bahwa pangkat tertinggi pemimpin golongan China adalah mayor tituler. Sebagai contoh adalah Tan Tjin Kie, seorang pengusaha gula kaya-raya asal Cirebon. Tan dilahirkan pada 1853 di kota itu pada umur 29 tahun ia diangkat sebagai Luitenant der Chineezen, kemudian menjadi kapitan enam tahun kemudian, dan akhirnya pangkat mayor tituler diraih pada 1913 sampai ia meninggal pada 1919 karena penyakit jantung.
 
“Tugas pokok seorang pemimpin China ialah “mendjaga prikasantausaan dalem wijk Tionghoa dan oeroes ketjidraan-ketjidraan di antara bangsanja.”  Artinya, seorang kapitan berkonsentrasi mengurus keamanan dan masalah-masalah dalam komunitasnya sendiri. Rumusan tugas itu cukup longgar sehingga seorang kapitan juga bisa melakukan tugas polisional, misalnya menangkap tersangka tindak kejahatan tertentu,” kata Alwi.
 
Meskipun diangkat resmi oleh VOC, kapitan China tidak bergaji. Sebagai kompensasinya, kapitan boleh memungut berbagai pajak, memborong proyek-proyek infrastruktur, dan pemasukan dari usaha lain. Lagi pula, orang yang diangkat menjadi kapitan pada dasarnya sudah memiliki kekayaan sendiri sejak awal.
 
Selama tiga hari pada setiap awal bulan, kapitan mengibarkan bendera di depan rumahnya sebagai tanda bagi warga China untuk segera membayar pajak kepala. Jumlah pajak yang terkumpul sedemikian besar sehingga masyarakat China tercatat membayar lima kali lebih besar daripada penduduk lainnya dalam pembangunan tembok kota Batavia.
 
“Selain itu tiga kali lebih besar daripada pajak seluruh golongan masyarakat lainnya dalam pembangunan balai kota. Selain pajak kepala, penduduk China di Batavia dan sekitarnya juga dikenai pajak permainan,” katanya.

Dody Handoko

Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia
![vivamore=" Baca Juga
:"]

[/vivamore]
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya