Kisah Playboy Batavia yang Tewas Digantung

Hukuman mati untuk para terpidana mati.
Sumber :
  • REUTERS / Toby Melville

VIVA.co.id - Oey Tambahsia, namanya melegenda pada zaman Hindia Belanda di Batavia. Ia pemuda “peranakan Tionghoa,” yang kaya raya tapi ulahnya tidak terpuji.

Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol

Terkenal sebagai pemuda sombong, congkak, dan suka mengganggu wanita. Ia seorang playboy yang gemar ganti-ganti pasangan. Tak cuma gadis, istri orang juga direbutnya. Akhir hidupnya berakhir mengenaskan, Oey Tambahsia tewas di tiang gantungan.

Oey Tambahsia merupakan anak ketiga Oey Thoa, pedagang besar China asal Pekalongan, pemilik toko tembakau terbesar di Jalan Toko Tiga. Pada tahun 1937, Jalan Toko Tiga di Jakarta Kota merupakan pusat perdagangan yang ramai. Toko tembakau terbesar jalan itu milik seorang pedagang besar China asal Pekalongan bernama Oey Thoa.

Meski belum lama menetap di Betawi, Oey sudah cukup terkenal. Bukan saja karena kebesaran usahanya, tetapi juga kedermawanannya. “Konon Oey mempunyai kebiasaan memberi sedekah kepada orang miskin setiap tanggal satu dan lima belas penanggalan China, saat dia bersembahyang di Kelenteng Kim Tek Le,” ujar sejarawan Betawi, Alwi Shahab, ketika ditemui di rumahnya, kawasan Condet, Jaktim, beberapa waktu yang lalu.

Ketika ayahnya meninggal, ia bersama adiknya menerima warisan sangat besar. “Warisannya antara lain beberapa bidang tanah luas di Pasar Baru, daerah Curug, Tangerang yang sewanya  95.000 gulden setahun, daerah Pintu Kecil Jakarta yang sewanya 40.000 gulden setahun. Selain itu juga tanah, rumah, barang dagangan, uang dan perhiasan sejumlah dua juta gulden lebih,” kata Alwi.

Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI

Vonis Gantung

Suatu ketika, Tambahsia ditangkap polisi dengan tuduhan membunuh anak buahnya bernama Tjoen Kie. Ia meracun centengnya itu dengan cara menaruh racun dalam kue dan buah. Dia membunuh dengan tujuan untuk memfitnah saingan dagangnya.

Pria Ini Sampaikan Kemerdekaan Indonesia ke Dunia

Di sidang pengadilan, Tambahsia menyangkal semua tuduhan. Keluarga Oey meminta jasa seorang pengacara terkenal masa itu, yaitu Mr. B. Bakker yang mendapat honor tinggi, selain hadiah 100 gulden kalau ia berhasil menyelamatkan Oey Tambahsia.

Betapa pandainya pun Mr. Bakker, ia tidak bisa membantah bukti yang diajukan penuntut umum. Akhirnya, hakim ketua mejatuhkan hukum mati di tiang gantungan kepada Oey Tambahsia.

Oey Tambahsia digantung di depan Gedung Balai Kota Stadhuis, sekarang Museum Jakarta. Ia mengenakan baju China dan celana putih. Wajah berseri. Kursi Tambahsia ditendang algojo sehingga  tubuhnya tergantung. Ia tewas dalam usia 31 tahun.

Laporan dari Dody Handoko

![vivamore="
Baca Juga
:"]

[/vivamore]

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya