- ANTARA/Zabur Karuru
VIVA.co.id - General Manager PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang (Disjaya), Haryanto WS, menjelaskan alasan pihaknya terpaksa melakukan pemutusan listrik secara mendadak saat banjir pada Senin lalu.
Menurutnya peristiwa itu tidak perlu terjadi bila genset di rumah pompa mumpuni.
"Rumah pompa waduk Pluit mempunyai tiga genset. Pompa Barat berkapasitas 1750 kVA. Pompa tengah 3X515 kVA dan pompa timur 1500 kVA," kata Haryanto di kantor PLN, Jakarta, Rabu, 11 Februari 2015.
Haryanto menjelaskan, seharusnya genset tersebut bisa langsung beroperasi saat listrik PLN dimatikan secara mendadak. Genset juga telah disediakan sebagai suplai listrik cadangan.
Dia sendiri tidak mengetahui apakah genset di tiga rumah pompa langsung menyala saat itu PLN terpaksa memutus arus listrik utama. "Kami tidak tahu, itu di luar kewenangan kami. Itu kewenangan pemprov DKI," katanya.
Ia memastikan PLN terpaksa memutuskan listrik pada pukul 11.38 WIBÂ setelah PLN nemdapat laporan gardu MB 55 di Muara Baru Ujung mulai terendam.
Gardu ini paralel dengan gardu yang menyuplai listrik pompa air waduk Pluit. PLN terpaksa memutus arus langsung dari penyulang Cakalang, sehingga pasokan listrik untuk 17 gardu termasuk waduk Pluit mati.
"Jam 13.15 PLN sudah bisa menyuplai kembali listrik ke rumah pompa Pluit. PLN memutus jaringan di daerah Bawal, sehingga listrik bisa kembali dialirkan dari Cakalang dan menyuplai kembali pompa waduk pluit," katanya.
Ia menjelaskan, bila listrik dibiarkan menyala maka akan berisiko tinggi yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan akan sangat besar bila terlambat mematikan listrik utama.
Selain itu, tidak ada prosedur yang mewajibkan PLN berkordinasi dengan pemda DKI untuk berkordinasi dalam pemutusan arus bila kondisi darurat. Ini disebabkan sudah ada standar listrik cadangan di setiap tempat bila kondisi darurat.
"Istana itu punya lima sistem cadangan. Jadi suplai listrik cadangan itu bisa satu, dua atau lebih. Itu menyesuaikan," jelas dia.
Baca juga: