- VIVAnews/Santi Dewi
VIVAnews - Dedi Wailissa, ayah Gayatri Wailissa (19), terlihat tegar ketika jenazah anaknya dibalut kain kafan. Tak setetes air mata pun terlihat.
Sebelum wajah cantik Gayatri ditutup penuh dengan kain putih itu, Dedi memepersilakan pada anggota keluarga lain, bahkan teman Gayatri untuk berbicara pada sang anak.
"Silakan kalau mau menyampaikan kata-kata terakhir, bicara saja di dekat telinganya, bisikkan," kata Dedi kepada salah satu teman Gayatri di RSPAD Jakarta, Jumat 24 Oktober 2014.
Namun tak sedikit pula anggota keluarganya yang mengabadikan tubuh kaku Yati sebelum masuk ke liang lahat. Suasana hening kamar jenazah pun membawa rasa duka dan kehilangan pada keluarga.
Tak lama kemudian, petugas rumah sakit membawakan sebuah peti berwarna putih. Jenazah gadis yang menguasai 14 bahasa itu pun langsung di gotong oleh tiga orang, termasuk Dedi dan masuk ke dalam peti.
Doa-doa pun dipanjatkan di hadapan jenazah anak keduanya itu.
Dedi mengaku, bahwa Gayatri adalah anak yang pandai dan ceria. "Ketika dia ingin menjadi diplomat, kami semua bangga. Dia harapan kami," kata Dedi.
"Gayatri terlalu cepat pergi meninggalkan kami," lanjut Dedi. (ren)