Gaji Tak Mencukupi, Guru Ini Jadi Joki 3 in 1

Joki 3 in 1 di ruas jalan Jakarta
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta
VIVAnews -
Jelang Musim Haji, Begini Kondisi Terkini Cuaca di Tanah Suci
DGW (39 tahun) tertangkap petugas gabungan Satpol PP dan Sudin Sosial Jakarta Selatan ketika sedang menjadi joki 3 in 1 di Jalan Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Gunung Ibu Erupsi Kembali, Semburan Abu Tebal Membubung Tinggi 4.000 Meter

Siapa sangka, DGW yang sehari-harinya menjadi joki di Ibu Kota ini adalah seorang guru. Sudah tujuh tahun dia memberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya di sekolah dasar kampung halamannya di Bondowoso, Jawa Timur.
Waspada, Masyarakat Jangan Tertipu Ditawarkan Berangkat Haji Gunakan Visa Non Haji


DGW merupakan sarjana lulusan pendidikan guru sekolah dasar di universitas terbuka di Tangerang. Lima tahun menempuh pendidikan, kemudian mengajar. Tapi tujuh tahun jadi guru, dia akhirnya menyerah. Pendapatannya tidak mencukupi untuk hidup.


"Maka dari itu, saya sengaja datang ke Jakarta ingin mengubah nasib. Saya mengajar sudah bertahun-tahun di kampung halaman, tapi tak ada perubahan nasib," ujar DGW, Sabtu 29 Maret 2014.


Dia mengaku sudah tiga kali gagal mengikuti tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Jawa Timur. Padahal, dengan status PNS, dia yakin bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.


Pendapatannya selama menjadi guru honorer tidak mencukupi kebutuhan istri dan seorang anak perempuan yang kini berusia lima tahun. Dalam enam hari mengajar, DGW dan sang istri, Wanti Dwi Suryani (39 tahun) hanya mendapatkan uang Rp150 ribu.


Itulah yang membuatnya putus asa hingga akhirnya hijrah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan dengan penghasilan yang layak untuk menjalani hidup sehari-hari.


Awalnya, ke Jakarta DGW mengaku hanya ingin sebagai batu loncatan. Dia akan memberi kejutan kepada keluarganya di kampung dengan sebuah kesuksesan yang berhasil diraih di Ibu Kota.


Berbekal uang Rp500 ribu, tanpa izin istri dan anak, dia berangkatlah ke Jakarta beberapa bulan lalu. Mencoba mengadu nasib.


Tapi, hidup di Jakarta tak seindah bayangkannya. Di tanah Betawi ini, DGW lontang-lantung alias tidak punya pekerjaan.


Di Jakarta, DGW tidak hidup sendiri. Bersama kenalannya, dia menyewa sebuah rumah kontrakan dengan harga Rp300 ribu sebulan.


Dia mengaku pernah menjadi figuran film di kawasan Cibubur. Namun dengan honor Rp50 ribu dari pagi hingga malam, dia rasa tidak akan mencukupi kebutuhan. Ongkos dan biaya makan dengan honor segitu, katanya, tidak seimbang. Tidak ada uang yang bisa disisihkan.


Dia juga pernah menjaga sebuah toko pakaian di kawasan Blok S, Kebayoran. Setiap empat hari, dia mendapat upah sebesar Rp200 ribu. "Kalau sebulan saya bisa mendapatkan uang sekitar Rp1 juta."


Hingga akhirnya, DGW menjadi seorang pengemis dan joki 3 in 1 dengan pendapatan lumayan besar. Namun tak lama, dia tertangkap oleh tim gabungan.


Kini, DGW harus menetap di panti sosial Bina Insan II Cipayung. Dia berharap saudaranya dari Bondowoso datang untuk menebusnya. DGW mengaku menyesal lantaran telah meninggalkan sang istri dan anaknya di kampung halaman.


"Saya menyesal dan setelah ini saya akan mencari pekerjaan lain di kampung," katanya. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya