Kapan Sebaiknya Anda Ajarkan Pendidikan Seksual pada Anak

Ibu dan anak remaja
Sumber :
  • istockphoto

VIVAlife - Berpekan belakangan, kita dikejutkan oleh rekaman video tak senonoh. Dan yang membuat semua kita prihatin adalah lakon adegan itu anak-anak di bawah umur. Para pelajar SMP, yang mungkin belum paham resiko dari kelakuan seperti itu. Dan itu bukan kasus yang pertama. Sudah berkali-kali polisi kita direpotkan kasus seperti ini. 

Kasus DBD Melonjak Tajam di Jakarta, Dinkes DKI Ungkap Penyebabnya

Maraknya kasus tak senonoh yang melibatkan anak-anak di bawah umur itu, tentu saja mencemaskan para orang tua. Lalu bagaimana jalan keluarnya. Sejumlah ahli menyarankan pentingnya pendidikan seks untuk para remaja. Tapi sebagai orang tua kerap kali kita bingung, bagaimana cara mendidik dan kapan waktu yang tepat untuk itu. Kita juga masih dikurung anggapan bahwa berbicara soal seksual dengan anak sungguh sesuatu yang tabu.

Semua ahli kepribadian anak-anak menegaskan bahwa orang tua punya andil yang besar dalam membentuk kepribadian anak. Keluarga adalah guru kepribadian terdekat, termasuk dalam perkara pendidikan seksual itu.

Penyerang AC Milan Rafael Leao Bisa Dapat Ballon d'Or

Sani Budiantini Hermawan, seorang psikolog anak menjelaskan, pendidikan seksual mustinya mulai diajarkan sejak anak bisa berbicara. Usia tiga tahun, anak sudah harus diperkenalkan soal seksualitas.

Hanya saja, tahapan pendidikan itu harus disesuaikan dengan usia anak. “Misalnya, pendidikan awal yang diberikan pada anak usia tiga tahun adalah pengenalan jenis kelamin, ada perempuan dan laki-laki. Lalu, cara buang air kecil,” kata Sani pada VIVAlife, Jumat, 1 November 2013.

Is It Eating Ramen Good for Your Health Body?

Usia lima tahun, lanjutnya, anak harus mulai diajarkan cara membersihkan alat kelamin. Tahun berikutnya, saat anak masuk usia SD, dikenalkan pada atribut pakaian sesuai jenis kelamin. Perempuan memakai rok, sedangkan laki-laki memakai celana.

SD juga merupakan saat tepat mengajarkan anak soal hubungan sosial yang berkaitan dengan pembedaan seksual. “Misalnya ke kamar mandi tidak boleh bersama teman lawan jenis,” ujarnya. Anak perempuan, lanjutnya, juga diajarkan duduk dengan sopan.

Pentingnya proteksi, juga harus diajarkan orang tua pada anak. Jika terjadi sesuatu pada mereka, misalnya pelecehan seksual, harus berani melapor. Banyak kasus, pelecehan seksual terus terjadi karena anak diam saja saat bagian tubuhnya disentuh orang lain.

“Selanjutnya, saat anak kelas 6 SD atau awal SMP, harus diajarkan mengenai sistem reproduksi. Mereka harus diperkenalkan alat-alat reproduksi hingga menstruasi,” kata direktur sebuah klinik di Kemang, Jakarta Selatan itu.

Moral dan Agama

Selain pendidikan seksual, kata Sani, orang tua juga harus menanamkan nilai moral dan agama pada anak. Agar, anak selalu memiliki kontrol diri untuk tak berperilaku menyimpang.

Sebaiknya, jangan hanya menyerahkan soal moral itu pada institusi pendidikan maupun agama. Bimbingan orang tua lebih penting.

“Nilai-nilai tadi dapat ditanamkan dengan cara dialog antara orang tua dan anak. Orang tua harus memberitahu soal bahaya dan dampak perilaku seksual,” jelas Sani lagi.

Saat anak beranjak remaja, diharapkan nilai-nilai itu sudah tertancap di benaknya dan menjadi benteng diri.

Pendidikan moral itu penting, sebab anak-anak usia remaja memang suka mengeksplorasi hal-hal berbau seksualitas. “Di usia itu, remaja umumnya sedang mengalami ketertarikan terhadap lawan jenis, sehingga rasa ingin tahunya tinggi,” tutur Sani.

Saat itulah, orang tua dan guru berperan membatasi perilaku mereka dengan menanamkan kedisiplinan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya