Preman Perusak Kelamin Wanita di Kedoya Terorganisir

Preman diamankan polisi
Sumber :
  • VIVAnews/Rohimat

VIVAnews - Seorang perempuan penjual kopi berinisial H, 46 tahun, disekap dan dianiaya oleh sekelompok preman di sebuah bedeng di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Bahkan selama tiga hari disekap, pelaku menyiksa kemaluan H dengan sepotong kayu.

Usulan Kejaksaan Izinkan Lima Smelter Perusahaan Timah Tetap Beroperasi Disorot

Alasan perempuan itu disekap karena enggan membayar uang keamanan kepada preman setempat. H selamat setelah berhasil kabur dari tempat penyekapan Minggu pagi kemarin. H kabur dalam keadaan tanpa busana dan tangan terikat sambil teriak minta tolong.

Sawawi, sopir taksi yang biasa mangkal di sekitar Apartemen Kedoya Elok, menyebut dulunya bedeng berwarna hijau berukuran 3x7 meter yang dijadikan tempat penyekapan itu dijaga oleh orang kepercayaan pemilik lahan kosong tersebut. Tapi karena di sana banyak preman yang menguasai akhirnya penjaga lahan kosong itu pun memilih untuk pulang kampung ke Tangerang, Jawa Barat.

"Yang tidur di situ (bedeng) takut semua. Tukang ojek juga takut semua. Makanya ditinggalkan, tadinya yang jaga orang Tangerang tapi sekarang sudah tidak ada lagi,"  kata Sawawi saat ditemui VIVAnews di pos keamanan Perumahan Kedoya Elok, Selasa 17 September 2013.

Disampaikan Sawawi, pos tempat penyekapan itu sehari-harinya dijadikan sebagai pos pemantau oleh bos preman penguasa di situ. Kata dia, preman di sana sudah terorganisir dengan baik bahkan setiap hari ada beberapa shift yang bertugas.

"Biasanya itu bosnya memantau di sana (bedeng). Jadi anak buahnya yang gerak," kata Mashudi.

Menurut Sawawi, preman yang bertugas di lapangan berganti-gantian. Setiap dua jam ganti orang yang bertugas. Baik itu yang meminta uang dari bus yang menaikkan penumpang maupun dari pedagang asongan yang berjualan di sana.

"Itu dua jam sekali ganti orang. Kalau mereka sudah dapat Rp300 ribu ganti orang. Tapi kalau bosnya duduk manis saja di bedeng itu," katanya.

Sebenarnya, kata dia, bedeng tersebut sudah beberapa kali digerebek oleh tim Buru Sergap Polres Jakarta Barat. Tapi tetap saja banyak preman yang datang lagi.

Sawawi menjelaskan bedeng tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pos pemantauan namun kerap dijadikan sebagai tempat mesum oleh anggota preman itu. Jika ada wanita yang mencari nafkah di gerbang tol Kebon Jeruk pasti dipaksa dan dibawa ke bedeng tersebut.

"Sering banyak yang dibawa ke sana entah apa lah di sana. Orang-orang di sini itu takut," ucap Sawawi dengan nada kesal.

Sementara itu ketika dimintai keterangan, pedagang yang sehari-hari berjualan di sana enggan berkomentar banyak. Para pedagang dan kernet bus di gerbang Tol Kebon Jeruk itu semuanya bungkam. "Saya kurang tahu mas. Saya kan hanya jualan saja di sini," ujar Sardi salah satu pedagang gorengan di gerbang tol itu.

Salah satu pedagang asongan bernama Encang, 41 tahun, mengaku kerap kali jadi salah satu sasaran preman pemalak di gerbang Tol Kebon Jeruk itu meski hanya lewat.

"Saya tidak jualan di sana. Saya jualan di Slipi Jaya. Saya lewat saja, tapi suka dimintai rokok juga," kata Encang saat berbincang dengan VIVAnews di bus jurusan Blok M - Poris.

Pria asal Tasikmalaya itu kesal dengan ulah preman-preman di sana. Tapi mau tidak mau dia harus memberi apa yang diminta. Supaya tidak mendapatkan perlakuan kasar dari preman-preman di sana.

"Mereka biasanya minta rokok sebungkus. Kadang minta uang Rp5 ribu untuk keamanan. Kalau tidak dikasih bagaimana lagi. Padahal saya cuma lewat," ucap dia. (eh)

Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
Jemaah haji Indonesia mendengarkan khutbah Subuh jelang wukuf.

Cegah Informasi Simpang Siur, Jemaah Haji Diimbau Tak Bagikan Kabar Tidak Benar di Media Sosial

Menurut Direktur Bina Haji PHU Arsad Hidayat, jemaah haji diminta tidak asal membagikan informasi yang beredar di media sosial yang belum jelas kebenarannya.

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024