Butuh Bantuan, Gizi Buruk Bocah 9 Tahun Cuma 6 Kg

Ahmad Lufi Sauki, penderita gizi buruk dari Depok, Jawa Barat.
Sumber :
  • VIVAnews/Zahrul Darmawan

VIVAnews - Cerita dari Depok ini membuat kita miris dan mudah-mudahan tergugah. Ahmad Lufi Sauki, begitu nama bocah berusia 9 tahun itu, merangkum semua kesulitan hidup dalam tubuhnya. Kurus, ringkih, dengan tulang yang entah kenapa begitu mudah menyerah. Dua lengannya hingga kini masih terkulai. Patah.  

Deretan Artis Rayakan Idul Fitri di Tanah Suci Mekkah

Mereka yang merawatnya menyebutkan bahwa penyakit memilukan itu datang karena gizi buruk dan tentu saja karena kemiskinan yang merubung keluarganya. Dan Ahmad Lufi Sauki tinggal tak jauh-jauh dari kita, dari kemakmuran kota Jakarta yang megah mewangi ini. Dia adalah warga Kampung Prigi, RT 04 RW 06, Kelurahan Bedahan, Kecamatan Sawangan, Depok.

Ahmad adalah putra bungsu pasangan almarhum Aji Nipin, 50 tahun, dan Rosmiati, 39. Dia bukanlah satu-satunya anak yang ditimpa gizi buruk dalam keluarga ini. Sang kakak, Mariani, juga ditimpa rupa-rupa penyakit karena gizi buruk. Mariani sudah menyerah duluan. Meninggal dunia ketika usianya masih sangat belia, 5 tahun. 

Ditemui VIVAnews.com di kediamannya yang jauh dari kesan layak huni, Rosmiati menjelaskan bahwa semenjak usia empat bulan kondisi sang anak memang sudah bikin pedih. Saat itu, dokter mengira sang bocah mengidap penyakit hidrosefalus.

“Namun setelah didiagnosa ulang ternyata mengalami gizi buruk. Tulang-tulangnya juga sangat ringkih, salah sedikit langsung patah,” kata wanita yang sehari-hari berprofesi sebagi tukang cuci ini kepada VIVAnews, Senin 16 September.

"Saya bingung kenapa bisa terjadi gizi buruk, padahal sehari-hari saya sediakan makan yang cukup walaupun itu dari bantuan tetangga."

Anjuran Melewati Jalur Berbeda Saat Berangkat dan Pulang Sholat Idul Fitri dari Para Ulama

Keluarga Rosmiati ini tampaknya memang memerlukan bantuan. Memerlukan bantuan warga, bantuan pemerintah dan bantuan para wakil rakyat di Depok. Kediaman Rosmiati hanya berjarak 1 kilometer dari rumah beberapa wakil rakyat di kota itu. 

Rosmiati sendiri bukannya tak pernah usaha. Dia sudah bekerja sekuat tenaga demi mengepulkan dapurnya. Tapi membiayai anak sakit seperti si Ahmad itu, tentu saja memerlukan uang banyak. Dan upah sebagai tukang cuci itu, rasanya kesulitan mengongkosi rumah sakit sang anak.

Sambut Lebaran 2024, Menko Luhut: Momentum Mempererat Kerukunan Serta Kekompakan

“Saya sudah beberapa kali juga ke kantor kelurahan tapi enggak ada reaksi apa-apa. Saya tidak mengharap apa-apa, hanya berharap mereka memperhatikan kondisi anak saya,” keluh Rosmiati.
  
Ingin jadi kiai

Ahmad Lufi Sauki yang biasa disapa Uki ini mengaku ingin sekali jadi penceramah agama. Keinginan dan niatnya yang tulus itu dibuktikannya dengan menempuh pendidik di Madrasah Ibtidaiyah Choirul Huda, yang jaraknya tak jauh dari rumah. Namun malang, lantaran kedua lengannya patah, Uki pun terpaksa beberapa bulan ini tak sekolah.

“Dulu bisa, kalau di sekolah ya ngesot di lantai. Tapi sekarang sudah enggak bisa kan tangan Uki semua sudah patah," kata bocah yang beratnya cuma 6 kg ini,

"Uki mau seperti Ustad Arifin Ilham, Ustad Yusuf Mansyur, dan Ustad Cepot. Uki ingin  jadi kyai, biar bisa bantu sesama.”

Keinginan Uki menjadi seorang pendakwah juga dibenarkan Sigit, abang ipar Uki. Sigit mengatakan, Uki sempat tampil beberapa kali di dalam acara yang digelar di kampungnya. Gaya ceramah Uki pun mirip dengan beberapa ustad kondang.

“Anaknya gesit berani tampil. Tapi belakangan ini kondisinya makin buruk sejak tangannnya patah karena terinjak kakaknya.”

Bangkai mobil Gran Max yang kecelakaan di Km 58 Tol Cikampek

Pesan Terakhir Korban Kecelakaan Tol Cikampek KM 58 ke Ibunya: Mah Aa Mau Pulang

Kisah pilu datang dari ibu Muhammad Nazaki (Zaki) salah satu korban tewas dalam insiden kecelakaan di Tol Jakarta Cikampek KM 58, Karawang, Jawa Barat Senin, 8 April 2024

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024