Lagi, Pasien KJS Terlunta-lunta Hingga Tewas

16 rumah sakit mundur dari program Kartu Jakarta Sehat karena minimnya biaya operasional.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVAnews - Kasus pasien Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang terlunta-lunta sampai akhirnya meninggal dunia kembali terjadi. Kali ini menimpa Ana Mudrika (14 tahun), seorang siswa sekolah, yang diduga keracunan makanan namun telat ditangani lebih serius.

Warga Sukapura, Cilincing, Jakarta Utara, ini pulang dari sekolah di SMP Nusantara mengeluh sakit di bagian perut pada Selasa 5 Maret 2013. Oleh ibunya, Royati, Ana dibawa ke klinik dekat rumah, namun karena tak kunjung membaik, akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Firdaus masih di daerah Sukapura.

Menurut media milik Pemerintah Provinsi Jakarta, BeritaJakarta.com, dua hari di RS Firdaus, Ana tak mendapat pelayanan kesehatan semestinya, hanya diinfus. Belakangan RS Firdaus mengaku kekurangan alat ketika perut Ana sudah membengkak. Ana pun baru bisa keluar setelah orang tuanya membayar Rp2 juta.

Ana lalu dibawa ke Rumah Sakit Islam Sukapura. RS menolak merawat Ana meski sempat ditangani di Unit Gawat Darurat. Lalu Ana dibawa ke RS Mulyasari namun RS ini menolak dengan alasan tidak melayani pasien KJS meski ada kamar perawatan yang kosong.

Lalu Ana dibawa ke RS Koja namun RS pemerintah ini menjawab lagi penuh. Orang tua tak putus asa, lalu membawa Ana ke RS Pelabuhan. Lagi-lagi ditolak dengan alasan penuh.

"Saya bingung, setiap rumah sakit menyatakan kamar penuh. Selama ditolak rumah sakit, kondisi Ana juga terus menurun. Setelah ditolak 4 rumah sakit sebelumnya, akhirnya RS Islam Sukapura memberi kabar jika ada kamar kosong dan akhirnya Ana pun menjalani perawatan di rumah sakit itu," kata Royati.

Dari hasil ronsen, Ana seharusnya dioperasi pada Jumat 8 Maret siang. Namun, karena Ana mengeluarkan darah dari air seninya, RS Islam Sukapura menunda proses operasi tersebut dan meminta keluarga Ana untuk mencari ruangan ICU.

Setelah mendapatkan perawatan di ruang ICU RS Islam Sukapura, kondisi Ana semakin menurun. Kondisi perutnya juga semakin tampak membesar. Pihak keluarga pun akhirnya mengungkapkan, jika Ana memang menderita penyakit paru-paru selama enam bulan. Akhirnya Sabtu ini, pukul 09.00, Ana menghembuskan nafas terakhir di ruang ICU RS Islam Sukapura.

Kenapa Vagina Wanita Bau Seperti Ikan Amis Busuk?

Sementara Manajer Pelayanan RS Islam Sukapura, Vivi Madriva, membantah rumah sakit menolak Ana Mudrika karena alasan kamar penuh. RS memberikan waktu selama empat jam kepada keluarga korban untuk mendapatkan kamar di rumah sakit lainnya.

Bahkan, saat korban masuk ke rumah sakit, pihaknya langsung menangani korban di ruang UGD dan selanjutnya di kamar kelas III. Namun, kondisi korban semakin lama menurun, sehingga dirujuk ke ruang ICU rumah sakit lain.

Pelita Air Klaim Tak Ada Kendala saat Angkut Penumpang Arus Balik Lebaran 2024

Seperti diketahui Program Jakarta Sehat memberikan kesempatan bagi warga miskin maupun yang kaya untuk berobat secara gratis. Akibatnya, pasien di berbagai rumah sakit di Jakarta membludak.

Belum terintegrasinya sistem manajemen antar rumah sakit ikut menambah persoalan. Kisah tragis bayi Dera Nur Anggraini, yang meninggal akibat tidak tertampung di rumah sakit karena ruang  intensif khusus bayi atau Neonatal Intensive Care Unit (NICU) di rumah sakit-rumah sakit DKI Jakarta penuh. Tidak hanya ruang NICU yang penuh, ruang perawatan Intensive Care Unit (ICU) juga ikut penuh.

Jeep Rubicon Mario Dandy Dilelang dengan Harga Limit Rp809 Juta, Intip Spesifikasinya

ketika dibutuhkan. "Saya sudah mencari kamar perawatan ICU tapi hampir semua RS di Jakarta yang dihubungi menyatakan penuh. Padahal kerabat kami harus segera masuk ICU," ujarnya, Rabu, 20 Februari 2013/

Menurut Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, banyak kamar di RS penuh karena dampak dari Kartu Jakarta Sehat. “Pasien di RS membludak karena masyarakat kini sedikit sakit langsung datang ke RS dan puskesmas,” kata dia.

Ia mengakui,  sistem manajemen antar-RS belum terintegrasi dengan baik.?“Kami harus bicara apa adanya. Kalau memang kurang ya kurang, tidak usah ditutup-tutupi,” ujar Jokowi.??Saat mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jokowi mengatakan,  telah meminta Dinas Kesehatan menambah fasilitas rumah sakit untuk mengantisipasi membludaknya pasien. "Ruangan kamar harus diperbanyak, ruang ICU dan NICU harus lebih diperbanyak," kata Jokowi.

. Namun, Gubernur DKI Jakarta menanggapi sinis kritikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) soal membludaknya pasien di RSUD kelas III dan puskesmas setelah ada Kartu Jakarta Sehat (KJS) yang membuat dokter kewalahan. "Kalau begitu tidak usah ada KJS, biar sakit semuanya di rumah. Mau seperti itu?," kata Jokowi di Balai Kota, Jakarta, Jumat 8 Maret 2012

Jokowi menuturkan, membludaknya pasien yang berobat ke rumah sakit menandakan bahwa ada antusiasme dari masyarakat untuk berobat. Jokowi mengaku dengan KJS tersebut permintaan berobat ke RSUD dan puskemas naik dua kali lipat. Menurutnya hal tersebut merupakan sebuah konsekuensi.

"Semua masyarakat ke rumah sakit ke puskesmas akhirnya memang kalau dibilang hampir dua kali lipat kan kapasitas dari yang sebelumnya. Itu memang konsekuensi dari sebuah program," ujarnya. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya