- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVAnews - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) mengimbau masyarakat tidak menyebarkan foto "syur" perempuan pengungsi. Jangan sampai mereka sudah susah karena ditimpa musibah, diberi masalah baru pula.
"Ya, kasihan mereka sudah jadi korban," ujar Linda Amalia Sari saat ditemui di Jalan Abdullah Syafii, Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, 18 Januari 2013.
Akhir-akhir ini banyak foto "syur" tentang korban banjir yang beredar melalui Blackberry Messenger (BBM). Ada foto perempuan yang menyeberangi banjir sambil mengangkat rok dan ada pula foto beberapa wanita berpakaian bikini, mendorong mobil menyeberangi banjir.
Linda juga berpesan untuk tidak membuat foto-foto itu. "Sekarang kembali ke moral. Bayangkan jika itu menimpa kita," kata dia.
Linda Amalia Sari juga menyampaikan, tidak mungkin membangun posko pengungsian baru untuk korban banjir karena lokasi pengungsian yang ada di Masjid Attahiriyah ini sudah tidak bisa menampung pengungsi lagi. Lokasi kementerian, kata Linda, sangat jauh dari lokasi bencana di Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, ini. "Ini bukan bidang kami. Nanti akan ada bidang lain," ujar Linda.
Linda juga mengatakan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak akan menurunkan tim psikolog yang bertugas untuk menyembuhkan trauma pascabanjir. Selain itu, kementerian juga berencana akan memberikan pelayanan kesehatan.
Saat ini, ada 8.000 jiwa pengungsi yang tersebar di beberapa posko pengungsian di Kelurahan Bukit Duri, yaitu di SMAN 8 Jakarta, Kantor Kelurahan Bukit Duri, dan Masjid Attahiriyah. Untuk di Masjid Attahiriyah sendiri, ada 2.000 pengungsi.
Selain memberikan bantuan untuk para pengungsi berupa makanan dan pakaian bagi pengungsi wanita dan anak-anak, Linda juga meninjau kesulitan yang mereka hadapi di pengungsian dan mengapresiasi pengurus Masjid Attahiriyah yang secara spontan membantu para warga yang kebanjiran. "Kami mengapresiasi tindakan Masjid Attahiriyah yang sudah spontan membantu warga," kata dia. (adi)