- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews – Bila dibandingkan dengan kota-kota besar di Indonesia, Jakarta termasuk kota yang terbelakang untuk penanganan limbah rumah tangga. Pernyataan itu disampaikan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto.
"Jakarta harus malu, karena penanganan limbah baru dua persen," kata Djoko dalam konferensi pers di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Kamis, 1 November 2012. Persisnya 2,38 persen.
Padahal kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Bandung, Yogyakarta, Cirebon dan Medan, lebih besar dari Jakarta.
Jika dibandingkan dengan kota-kota besar Asia, Jakarta semakin jauh tertinggal. Penanganan limbah rumah tangga di Singapura sudah seratus persen, sementara Kuala Lumpur sudah berhasil menangani 90 persen limbah rumah tangga mereka.
Dalam konferensi pers tersebut Gubernur Jakarta yang baru, Joko Widodo, memastikan untuk mengejar ketertinggalan Jakarta dalam penangan sampah rumah tangga. Permasalahan ini menjadi topik yang dibahas dalam pertemuannya dengan menteri PU hari ini.
Selain membahas permasalahan sampah rumah tangga, Jokowi dan Djoko Kirmanto juga membahas permasalahan percepatan Penataan Ciliwung, penyiapan air baku, tata ruang, transportasi serta penanganan banjir atau "flood mitigation project".
Sebelumnya, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU) juga akan mengambil alih dan melanjutkan proyek sistem pengolahan sanitasi Jakarta yang semula dikelola Pemda DKI.
Pemerintah pusat sudah bekerjasama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk menyusun studi kelayakan pembangunan saluran limbah ini. Selain itu, JICA juga berencana memberikan pinjaman kredit untuk proyek ini.
Pemerintah diperkirakan membutuhkan dana hingga Rp70 triliun untuk membangun sistem sanitasi terpadu di enam zona di seluruh Jakarta. (umi)