Siswa SMA 6 dan SMA 70 Akan Diterapi Satu Bulan

Tabur Bunga SMA 70
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Komisi Perlindungan Anak Indonesia dan Satuan Tugas Perlindungan Anak (Satgas PA) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meminimalisir tawuran antara pelajar SMAN 6 dan SMAN 70 Jakarta.

Tinjau Sejumlah Wilayah, Komjen Fadil Imran Pastikan Kesiapan Polri Amankan KTT WWF 2024 di Bali

Menurut Ketua Dewan Pembina KPAI, Seto Mulyadi, pasca peristiwa tawuran dua sekolah bergengsi yang menewaskan Alawy Yusianto Putra (15), siswa SMA 6 Jakarta, kegiatan belajar mengajar di kedua sekolah tersebut juga ikut terganggu. Karena itu, pendampingan kepada dua sekolah itu akan dilakukan. Programnya akan dilakukan selama satu bulan dan akan dimulai hari ini.

"Kami akan terjunkan psikolog anak untuk melakukan pendampingan agar siswa belajar dengan tenang," katanya, Selasa 2 Oktober 2012.

KPAI akan bekerjasama dengan Himpunan Psikolog (Himpsi) DKI Jakarta untuk memberikan terapi psikologis agar siswa bisa belajar dengan tenang tanpa merasa ada tekanan akibat persoalan yang terjadi sebelumnya.

Ditambahkan Kak Seto, banyak siswa yang frustasi akibat tragedi berdarah itu. Padahal yang terlibat dalam aksi tawuran itu hanya segelintir siswa saja.

"Seribu orang tiba-tiba dirusak citranya yang sekarang dikenal sebagai sekolah pembunuh. Hal itu membuat mereka ketakutan," katanya.

Menurutnya, penyebab tawuran antar sekolah, antara lain karena waktu kurikulum yang terlalu padat sehingga menyebabkan stres, kurangnya penghargaan terhadap potensi siswa yang berbeda, kemudian ada unsur provokator dari luar. Bukan hanya alumni, ada juga beberapa mantan alumni yang frustasi.

"Kami juga sudah memohon Walikota setempat untuk membersihkan lingkungan sekolah. Hal itu yang harus dilihat, seperti warung dan pedagang sekitar sekolah mohon diawasi oleh polisi," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mendukung sikap KPAI dan Satgas PA untuk melakukan pendampingan terhadap siswa di SMA 6 dan SMA 70 tersebut. Ia mengatakan, saat ini Disdik DKI telah mengambil langkah-langkah tegas seperti menghapus kelompok fanatisme dan menghilangkan atribut senioritas di dua sekolah tersebut.

"Sekarang sudah tidak ada lagi kelompok fanatisme di SMA Negeri 70, semuanya sudah dilebur jadi satu. Tidak boleh lagi ada simbol-simbol senioritas di sekolah, seperti kuncir rambut, warna sepatu bagi laki-laki dan sebagainya," kata Taufik.

Selanjutnya, Dinas Pendidikan DKI akan lebih menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler yang lebih intensif lagi dibandingkan sebelumnya. Dengan kegiatan ekskul, baik siswa kelas X maupun kelas XII akan membaur menjadi satu dan membuat suasana sekolah menjadi lebih kondusif, sehingga tidak ada lagi jurang antarangkatan dan wujud senioritas. (eh)

Bus salawat untuk transportasi jemaah haji Indonesia

Bus Salawat Ramah Lansia dan Disabilitas Disiapkan untuk Jemaah Haji Indonesia

Bus salawat produksi tertua adalah tahun 2019. Banyak juga yang diproduksi pada 2022 dan 2023. Ada dua tipe, yaitu city bus dan bus ramah disabilitas/lansia.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024