Pengawal Ayung Bersaksi Beratkan John Kei

Sidang Perdana John Kei
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVAnews - Pengadilan Negeri Jakarta Pusat kembali menggelar sidang lanjutan kasus pembunuhan bos PT Sanex Steel Indonesia, Tan Harry Tantono alias Ayung dengan terdakwa John Refra alias John Kei, Josep Hungan, dan Mukhlis.

Geger Kamar Pengantin Keluar Cairan Mirip Darah, Keluarga Panik

Dalam sidang kali ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan saksi yang memberatkan, yakni anak buah Ayung di PT Sanex Steel Indonesia, Sait Tetlageni.

Sait yang lahir di Tual, Maluku, 47 tahun silam itu menjawab sejumlah pertanyaan majelis hakim yang diketuai Supradja dan dari JPU. Dari keterangan Sait, diketahui John Kei pernah beberapa kali bertemu dengan Ayung.

"Terdakwa John ketemu dengan korban. Ada lebih dari lima kali pertemuan mereka. Tahun 2011 pertemuannya di PT Sanex. Lalu ketemu lagi di Cempaka Putih. Saya juga tahu perbincangan mereka, soal minta saham dan minta uang," kata Sait dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Selasa, 25 September 2012.

Namun, permintaan John Kei mengenai saham PT Sanex Seteel Indonesia ditolak Ayung dengan alasan saham sudah dimiliki sejumlah pemegang saham. "Almarhum ngomong tidak bisa kasih saham, karena banyak pemegang saham," kata Sait.

Sait menjelaskan keterangannya lebih lanjut, bahwa John Kei pernah sakit dan dirawat di Rumah Sakit Saint Carolus. Saat sakit, menurut Sait, Ayung memberikan amplop berisi uang Rp20 juta. "Saya dipanggil korban, ketemu di FX. Korban titip amplop, isinya Rp20 juta, untuk dikasih ke John Kei," kata dia.

Usai menerima amplop itu, Sait kemudian bergegas menuju RS Saint Carolus dan bertemu dengan John Kei. "Tapi uang itu ditolak. Padahal amplop itu belum dibuka," kata Sait.

Saat menolak amplop, kata Sait, John Kei terlihat marah. "Dia bilang, 'saya tidak butuh uang kecil'. John juga bilang, 'Black (panggilan John Kei kepada Sait), siapa pun yang berurusan sama John Kei pasti mati'," kata Sait menirukan kata-kata John Kei saat menolak uang itu.

Sait juga mengungkapkan bahwa John Kei pernah menelepon Ayung untuk meminta agar Sait dipecat dari PT Sanex Steel Indonesia. "Ditelepon itu, John ngomong kasar, katanya korban, John minta saya dipecat saja. Saya tidak tahu motifnya apa dia ngomong begitu ke korban," ucapnya.

Seperti pengawal pribadi

Saksi Sait dihadirkan JPU karena bekerja di PT Sanex Steel Indonesia sejak tahun 2007. Dalam keteranganya, Sait mengaku, sudah seperti pengawal pribadi Ayung.

Di hadapan majelis hakim, Sait menceritakan awalnya dia ditawari Ayung bekerja sebagai penjaga keamanan di PT Sanex Steel Indonesia. "Saya ditawari sebagai keamanan. Kemudian saya disuruh jaga keseluruhan keamanan perusahaan," ucap Sait.

Sait mengaku dirinya sudah seperti pengawal pribadi Ayung. Bahkan, Ayung sering cerita soal pertemuan dengan John Kei dan soal permintaan saham.

"Saya sama korban sering tidur sama-sama, makan sama-sama, main biliard bareng. Saya seolah-olah pengawal pribadi korban. Korban juga sering cerita kepada saya soal John Kei," kata dia.

Dalam satu kesempatan di sidang ini, JPU juga menanyakan kepada Sait apa yang diketahui pada tanggal 27 Januari 2012 di Hotel Swiss-Belhotel. Sait kemudian menjelaskan, pada pagi hari tanggal 27 Januari itu dirinya menelepon Ayung soal pemesanan tiket pesawat tujuan Kalimantan. "Saya disuruh kasih tiket di Hotel Le Meridien," kata Sait.

Kemudian, pada hari itu juga, Sait kembali menelepon Ayung. Dan menanyakan keberadaannya. "Korban bilang lagi di Mangga Besar bertemu dengan seseorang. Dia tidak bilang pertemuannya dengan John Kei. Korban cuma bilang kalau sudah dapat tiketnya, ketemu di Le Meridien," kata dia.

Lalu, sekitar pukul 22.00 WIB, 23.00 WIB, dan pukul 00.00 WIB, Sait kembali menelepon Ayung. Namun, kali ini telepon tidak diangkat.

Sait melanjutkan, tanggal 28 Januari 2012, sekitar pukul 09.00 WIB, kerabat Ayung bernama Eddy Tantono menelepon dirinya dan mengabarkan bahwa Ayung meninggal dunia serta jasadnya sudah berada di Rumah Duka RS Polri Kramat Jati.

"Tanggal 28 Januari pagi, saya ditelepon sama Eddy Tantono. Dia bilang, Tan Harry sudah meninggal dan ada di Rumah Duka RS Kramat Jati. Lehernya sudah mau putus, ada luka tusukan di perut kurang lebih puluhan tusukan," ujarnya.

Anindya Bakrie sambut kedatangan juara All England 2024

Anindya Bakrie Sambut Kedatangan Juara All England 2024

Chef de Mission (CdM) Indonesia di Olimpiade 2024 Paris, Anindya Novian Bakrie menyambut kedatangan juara All England 2024, Jonatan Christie dan Fajar/Rian.

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024