- VIVAnews/ Muhamad Solihin
VIVAnews - PT KAI masih menganggap wajar aksi protes yang akan dilakukan penumpang KRL terkait kenaikan tarif Commuter Line sebesar Rp2 ribu mulai 1 Oktober 2012. Namun, aksi protes diharapkan bisa dilakukan dengan tertib.
"Kalau protes itu biasa, yang penting dalam batas wajar. Kalau bicara fakta ya tidak apa-apa, masyarakat sendiri yang akan menilai," kata Kepala Humas Daops I PT KAI, Mateta Rizalulhaq, di Jakarta, Senin, 24 September 2012.
Menurut Mateta, protes yang dilakukan masyarakat akan dijadikan kritik sebagai bahan evaluasi bagi institusinya. "Saya imbau agar unjuk rasa memberi kritik dan solusi dan tidak dengan anarkis," kata dia.
Mengenai petisi komunitas penumpang kereta atau KRL Mania, Mateta juga mengaku tidak mengkhawatirkan hal itu. Dari 400 ribu penumpang kereta harus jelas identitasnya. Apakah benar mayoritas penumpang tidak setuju. "Soal ini masih harus dipertanyakan," ujarnya.
Sebelumnya, Penumpang KRL Jabodetabek yang tergabung dalam KRL Mania, menolak rencana kenaikan tarif. Kenaikan dianggap tidak pantas karena selama ini pelayanan yang diberikan PT KCJ jauh dari memuaskan.
Apalagi, keluhan penumpang tidak pernah didengar. Informasi gangguan perjalanan, pelayanan loket, dan lampu penerangan dianggap menjadi persoalan yang masih saja terjadi.
KRL Mania khawatir dengan kenaikan tarif ini berdampak penumpang KRL kembali mengendarai motor atau mobil pribadi. Baca berita lengkapnya