Mengapa Partai Politik Melempem di Pilkada DKI

Usai Mencoblos, Mega dan Jokowi Gelar Jumpa Pers
Sumber :
  • VIVAnews/ Muhamad Solihin

VIVAnews - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia Ray Rangkuti menilai peran partai politik tidak terlalu signifikan di Pilkada DKI Jakarta 2012. Figur pasangan calon gubernur-lah yang jadi penentu.

Dalam hitung cepat beberapa lembaga survei, pasangan Joko Widodo-Basuki T Purnama mengungguli pasangan incumbent Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli. "Partai politik benar-benar hanya menjadi perahu. Kemampuannya untuk memobilisasi pemilih, kalah dibandingkan dengan figur yang ada," kata Ray kepada VIVAnews, Jumat 21 September 2012.

Ray menilai, gejala partai politik kian tidak diminati sudah terlihat sejak putaran pertama Pilkada DKI Jakarta, 11 Juli lalu. Di mana salah satu calon dari koalisi partai politik bahkan bisa dikalahkan calon independen.

"Putaran kedua ini makin memperkuat fenomena tersebut. Parpol makin tak berwibawa, makin tak bisa menjelaskan pemilihnya. Jadi figur bersih, dan memiliki sejarah panjang pengabdian kepada masyarakat menjadi ukuran pemilih," kata dia.

Selain itu, Ray juga menilai pemilih semakin independen pada putaran kedua, 20 September lalu. Identifikasi politik mereka terhadap partai politik makin rendah. "Para pemilih muncul menjadi dirinya sendiri. Mereka juga mulai makin kebal dari rayuan politik uang."

Bahkan, imbuhnya, pemilih benar-benar bisa menjadi relawan dalam arti sesungguhnya. Ini merupakan tindak lanjut dari sikap independen mereka. Hal ini terlihat  bahwa pemilih independen ini berkreasi dengan berbagai cara, dan dengan menggunakan banyak media. "Tanpa dukungan dana dari para kandidat."
 
Selain makin independen, para pemilih juga makin rasional. Berbagai isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang marak muncul di sepanjang masa kampanye, ternyata tidak banyak mempengaruhi para pemilih dalam menentukan pilihannya. "Ini lah era di mana visi-misi dan program mulai dilirik pemilih sebagai dasar untuk menetapkan pilihan," kata Ray.

Di sisi lain, Ray pun melihat ada harapan pluralisme makin diterima masyarakat. Kenyataan bahwa isu SARA tidak banyak mempengaruhi pemilih merupakan sinyal penting, bahwa penerimaan atas pluralisme makin besar.

Perkembangan itu,  tentu sangat penting. "Karena penerimaan atas pluralisme merupakan syarat penting bagi tegaknya demokrasi," kata Ray. "Selamat untuk Pilkada DKI, selamat untuk demokrasi Indonesia." (umi)

Pemprov: Warga Jakarta yang NIK-nya Dinonaktifkan Bisa Ajukan Keberatan
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae.

OJK Beberkan Kunci Hadapi Memanasnya Dinamika Ekonomi Global

OJK meminta masyarakat untuk tidak panik merespons meningkatnya tensi geopolitik antara Iran-Israel.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024