VIVAnews – Deru lokomotif tak henti mengusik telinga. Bunyi berdecit gesekan rel dan hiruk pikuk manusia seakan tak pernah reda. Kebisingan itu jelas membangun harmonisasi khas sebuah stasiun kereta api. Gambir!
Siapa yang tak mengenal Gambir? Hampir seluruh penduduk Ibu Kota mengenal Gambir sebagai stasiun kereta api terbesar di Jakarta. Stasiun yang dibangun pada 1930-an ini melayani rute ke hampir seluruh kota besar di Jawa.
Awalnya, Gambir tak merujuk pada stasiun kereta api. Gambir justru merujuk pada pasar malam yang digelar untuk memperingati penobatan Ratu Belanda, Wilhelmina (nenek Ratu Beatrix). Wilhelmina dinobatkan sebagai ratu pada 31 Agustus 1898 silam.
Pasar Gambir ada sejak tahun 1920-an. Letaknya di sekitar Stasiun Kereta Api Gambir atau lapangan Monumen Nasional. “Di sebut Pasar Gambir karena konon banyak pohon gambir di kawasan ini,” kata sesepuh Gambir, Harsono, saat berbincang dengan VIVAnews beberapa pekan lalu.
Pohon gambir adalah sejenis tumbuhan bergetah, Uncaria Gambir, yang biasa digunakan untuk menyirih. Kandungan katekin, bahan alami antioksidan, yang dimiliki tumbuhan ini juga banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat.
Dalam sejarahnya, Pasar Gambir merupakan salah satu pasar terkenal di Batavia pada zaman kolonial Belanda. Di pasar itulah berbaur berbagai lapisan masyarakat dari segala penjuru Batavia. Tak heran jika masyarakat kemudian mengidentikkan kawasan di sekitar pasar itu sebagai Gambir. Termasuk penamaan stasiun yang berjarak beberapa meter dari pasar itu.
Kini, selain dikenal sebagai nama stasiun kereta api, Gambir juga diabadikan sebagai sebuah kelurahan di Jakarta Pusat, yang menaungi stasiun tersebut.
Perkembangan Gambir tak lepas dari campur tangan Gubernur Willem Daendels yang berkuasa di Batavia 1808-1811. Di kawasan yang semula berupa rawa itu ia membangun pusat pemerintahan. Kawasan Weltevreden ia menyebutnya.
Kawasan Weltevreden meliputi Jakarta Pusat saat ini dengan batas utara Postweg dan Schoolweg (Jalan Pos dan Jalan Dr Sutomo Pasar Baru), batas timur de Grote Zuidenweg (Gunung Sahari Pasar Senen), dan batas selatan Kramat Raya hingga Parapatan.
Daendels membangun istana, rumah sakit, tangsi militer, dan pemukiman elit di kawasan itu. Sejumlah bangunan masih tersisa. Salah satunya, Istana Daendels yang kini dipakai sebagau gedung Departemen Keuangan.
VIVA.co.id
26 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
Partner
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong, buka taktik tim asuhannya bisa mengandaskan Korea Selatan di perdelapan Final Piala Asia U23, pada Jumat dini hari, 26 April 2024
Perusahaan Rokok Asal Korea Investasi Pembangunan Pabrik Senilai Rp6,9 Triliun di Pasuruan
Malang
10 menit lalu
Perusahaan asal Korea, KT&G menginvestasikan modal senilai Rp6,9 triliun untuk membangun pabrik rokok ke-2 dan ke-3 di kawasan Pasuruan Industri Estate Rembang (PIER)
Seorang biduan berinisial DAP, yang sudah lama bercerai tergoda remaja pria. Saking nafsunya, janda cantik itu bahkan sampai menyekap anak baru gede (ABG) ini selama tiga
Peristiwa bencana longsor terjadi pada Kamis 25 April 2024 kemarin. Kondisi saat itu dilaporkan tengah hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi di lokasi kejadian.
Selengkapnya
Isu Terkini