Pengamat:

"Jangan Mudah Percaya Award Kepala Daerah"

Yayat Supriatna
Sumber :
  • Antara/ Widodo S Jusuf

VIVAnews - Masyarakat Jakarta diminta untuk tidak cepat percaya dengan hasil survei dan berbagai bentuk penghargaan (award) yang diberikan sejumlah lembaga kepada kepala daerah, baik gubernur, walikota maupun bupati.

Menurut pengamat perkotaan, Yayat Supriatna, hasil survei adalah hasil yang ada di atas kertas. Bagi kepala daerah, kunci keberhasilan tentunya ada pada kerja nyata yang akan diberikan kepada masyarakat.

Selain itu, lembaga survei juga harus jelas menyampaikan hasil temuan mereka, karena hal itu akan menjadi panduan untuk menentukan sikap bagi masyarakat. Dan setiap warga Jakarta harus melihat apakah lembaga survei itu independen dan tidak ada kepentingan politik.

"Hasil survei harus jadi masukan untuk bekerja keras bagi setiap calon. Kalau tidak populer, maka survei harus jadi motivasi," katanya.

Sementara mengenai penghargaan untuk kepala daerah, yang belakangan bermunculan, Yayat meminta kepada masyarakat agar kritis menilai lembaga yang memberikan penghargaan dan melihat lagi prosesnya.

"Masyarakat harus lihat lembaganya. Apakah kemunculan namanya itu merupakan bagian dari kampanye atau tidak," kata Yayat kepada VIVAnews, Selasa 10 April 2012.

Selain itu, harus juga dilihat situasi politik di dalam negeri saat ini. Karena sebenarnya banyak kepala daerah lain yang memiliki keberhasilan tapi tidak terpublikasi. Tapi ada juga faktor lain yang ikut mempengaruhi, seperti kemampuan kepala daerah tersebut menjalin hubungan di luar negeri.

"Jokowi misalnya, bisa saja dia atau calon gubernur lain memiliki hubungan yang baik di luar negeri. Bila dinilai berhasil di Solo, belum tentu menjamin dapat mengatasi kondisi dan situasi DKI Jakarta yang kritis dan permasalahan yang sangat berat," ujarnya.

Yayat memastikan bahwa kondisi yang ada di Jakarta saat ini masih wajar. Karenanya, hasil survei dan sejumlah penghargaan yang bermunculan akan dijadikan moment untuk meningkatkan modal, baik politik, budaya, dan sosial. "Karena ini ranahnya kompetisi, ini modal untuk memenuhi amunisi," katanya.

Karena itu, masyarakat harus memilih pemimpin dengan dasar rasional, lebih cerdas, dengan melihat ukuran-ukuran perubahan yang terjadi. Misalnya dengan melihat indek kenyamanan dan keamanan kota.

"Harus dilihat apakah ada perubahan yang lebih baik atau tidak. Idealisme tidak berjalan kalau politik uang sudah berjalanan. Karena idealisme bisa dihancurkan dengan uang," katanya. (adi)

Rapor Merah Penjualan Mobil Februari 2024
Topi paling populer sepanjang sejarah

Lucu dan Unik, Ini 7 Topi Paling Populer Sepanjang Sejarah

Topi menjadi sentuhan akhir pakaian selama ribuan tahun. Gaya yang berbeda menjadi dominan di tempat dan waktu berbeda. Ini sederet topi paling populer dalam sejarah.

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024