Menteri Pariwisata Mari Elka Pangestu

"Pariwisata RI Butuh Infrastruktur"

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Pariwisata Indonesia tumbuh mengesankan selama 2011. Dari target wisatawan mancanegara 7,1 juta orang, Indonesia mampu mendatangkan sebanyak 7,6 juta orang tahun lalu.

Perolehan jumlah wisatawan itu tumbuh 8,5 persen dibanding 2010. Bahkan, kinerja pariwisata Indonesia mengalahkan dunia yang hanya tumbuh 4,5 persen.

Perolehan devisa pariwisata selama 2011 tercatat mencapai US$8,5 miliar, atau tumbuh 11,8 persen dibanding tahun sebelumnya US$7,6 miliar. Lantas, bagaimana untuk 2012 yang dinilai penuh tantangan.

"Meski prospek pariwisata 2012 cerah, kami tetap harus mengantisipasi kemungkinan pelemahan perekonomian global," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu.

Di lingkup regional, pemerintah pun akan mempermudah konektivitas antar negara ASEAN. Bahkan, pada rangkaian acara ASEAN Tourism Forum (ATF) 2012 di Manado 8-15 Januari 2012, para menteri pariwisata se-ASEAN sepakat untuk mempercepat program ASEAN Framework Agreement for Visa Exemption.

Program tersebut memungkinkan adanya pelonggaran persyaratan pembuatan visa bagi warga ASEAN.

Untuk mengetahui bagaimana prospek industri pariwisata dan ekonomi kreatif selama 2012, VIVAnews.com berkesempatan mewawancarai Mari Elka Pangestu di kantornya, awal Januari 2012. Berikut petikannya:

Apa program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2012?
Menurut saya, untuk menarik wisatawan asing kami perlu diversifikasi pasar. Ini untuk mengantisipasi bahwa pertumbuhan wisatawan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang yang berkunjung ke luar negeri tidak secerah tahun-tahun sebelumnya. Pertama, kami mengantisipasi dengan mengintensifkan pemasaran ke negara-negara yang perekonomiannya masih lebih baik dan jumlah wisatawannya meningkat seperti China, India, dan Asia lainnya, termasuk Rusia.

Kedua, menambah destinasi. Di luar Bali, untuk tiga tahun ke depan ada sekitar 15 destinasi yang akan menjadi unggulan dan akan ditangani secara komprehensif. Di antaranya Candi Borobudur dan sekitarnya, Lombok, Danau Toba, Tanjung Puting, dan Bangka Belitung. Selain itu, ada Kota Tua Jakarta, Pangandaran, Batur di Bali, Rinjani, Bromo Tengger Semeru, Pulau Komodo dan Kelimutu, Flores. Ada pula Raja Ampat, Bunaken, Wakatobi, Toraja, Derawan, Toba, dan Sabak.

Jadi, kami akan mengembangkan destinasi baru atau yang disebut sebagai wisata minat khusus seperti diving dan outdoor. Kalau kami lihat dari survei Visa baru-baru ini, berdasarkan urutannya, apa yang diminati oleh wisatawan itu adalah wisata outdoor, diving, kuliner, dan juga belanja. Untuk itu, kami akan fokus ke wisata minat khusus itu.

Dan yang terakhir, waktu saya ke Ancol, untuk melihat wisatawan nusantara, ternyata potensinya luar biasa. Pengunjung Ancol bertambah, mereka bukan hanya dari Jakarta dan sekitarnya, tapi dari mana-mana. Ada yang dari Indramayu dan luar daerah lainnya.

Saya rasa wisatawan nusantara itu potensinya juga sangat besar, jadi kami harus fokus mengintensifkan promosi. Memahami sebetulnya apa yang dicari oleh wisatawan nusantara. Selain momen lebaran, liburan sekolah, dan tahun baru, kami akan kembangkan di sela hari libur panjang. Mungkin kami harus bikin event yang menarik untuk masyarakat. Itu pekerjaan rumah lah.

Berapa target wisatawan asing maupun domestik dan nilai transaksinya tahun ini?

Kalau potensi wisatawan nusantara jumlahnya sekitar 128 juta orang. Kalau dibulatkan, rata-rata melakukan perjalanan dua kali setahun, maka menjadi 245 juta perjalanan. Nilai transaksinya untuk target 2012 sekitar Rp171,5 triliun. Pencapaian hingga triwulan ketiga 2011 sebesar Rp115 triliun, sedangkan target 2011 adalah Rp154 triliun.

Pembunuhan Sadis, Wanita di Medan Tewas Ditangan Kekasihnya

Target 2011 kami belum dapat angkanya tercapai atau tidak, tapi kalau dari perjalanannya tercapai. Sedangkan kalau wisatawan asing pada 2011 mencapai 7,6 juta orang, nilainya mendekati US$8 miliar. Untuk 2012, kami targetkan mendekati US$9 miliar dengan 8 juta wisatawan asing.

Berapa kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia?

Kontribusi langsung pariwisata itu tiga persen. Tapi, kalau tidak langsung sekitar 8-9 persen. Jadi, itu karena multiplier effect. Misalnya, kalau ada turis beli souvenir dapat menghidupkan masyarakat sekitar lokasi wisata.

Sebenarnya kendala apa yang dihadapi industri pariwisata? Apakah persoalan infrastruktur atau pendanaan?
Tergantung lokasinya. Kalau bicara Wakatobi, Raja Ampat, atau Flores itu masalah aksesibilitas dan infrastruktur. Kalau daerah di Jawa atau DKI Jakarta, seperti Kota Tua, Yogya, atau Bromo, mungkin bagaimana mengelola tempat itu supaya nyaman untuk pengunjung. Baik dari segi kebersihan, penginapan, atau infrastruktur pariwisatanya yang layak.

Beberapa tempat pariwisata terganggu kenyamanannya kalau terlalu banyak orang berjualan, sehingga menutup tempatnya yang indah. Ini mengapa di beberapa tempat, kami sedang mengembangkan DMO atau Destination Management Organization. Sederhananya, bagaimana merancang dengan lebih baik, kenyamanan dari wisatawan yang datang, apakah dia asing atau domestik.

Selama ini, lokasi wisata rata-rata penuh di saat weekend, bagaimana cara menarik pengunjung di hari biasa?
Di luar weekend, mungkin kami mengundang anak-anak sekolah, para manula. Kami bisa bikin acara untuk anak-anak sekolah, manula, dan juga membuat acara untuk orang-orang yang berkebutuhan khusus. Saya rasa banyak cara yang bisa dilakukan.

Misalnya agenda meeting --dari perusahaan-- kan bisa dilakukan selain weekend. Untuk itu, kami butuh promosi.

Pernah ditawarkan kepada pihak swasta untuk melakukan pengembangan ini?
Iya, sebetulnya swasta yang melakukan pengembangan. Pemerintah tugasnya membina, memfasilitasi, dan membangun infrastruktur yang besar-besar seperti bandara dan jalan. Kami harus berkoordinasi dengan swasta untuk mengetahui lokasi-lokasi yang mau dikembangkan itu seperti apa. Itu juga bagian dari tugas kami untuk mengetahui fasilitas yang diperlukan, baik dari pemerintah pusat maupun daerah.

Selain itu, soal kebersihan. Saya agak penasaran dengan isu kebersihan. Karena memang kalau melihat daya saing, ranking pariwisata antar negara, kita kurang baik untuk aspek kesehatan.

Perkiraan saya, kenapa kesehatan kurang mendapat nilai yang baik, karena kebersihan. Jadi, terkait kebersihan ini, kami perlu banyak kerja keras, baik dari segi kebijakan dan pemerintahnya, maupun dari masyarakat sendiri.

Harus sadar kebersihan. Kalau tempatnya nggak bersih kan jadi nggak menarik, itu kan kesan pertama. Jika kesan pertama sudah nggak bersih, pengunjung akan enggan kembali lagi, karena dia punya pengalaman yang nggak bagus. Intinya, pariwisata itu adalah bagian dari pengalaman. Ada istilah what to see, what to do, and what to experience. Kira-kira itu ilmunya orang pariwisata.

What to see, oke itu beautiful, ada sejarah dan budaya. What to do, harus ada kegiatan, harus ada event, dan what to experience, itu harus nyaman, jadi pelayanan dan kebersihan yang penting.

Sebenarnya apa yang diinginkan wisatawan asing ketika berkunjung ke Indonesia?

Bervariasi ya. Tapi, kalau dilihat dari ranking berdasarkan World Economic Forum Competitiveness untuk pariwisata, mungkin itu cerminan bagaimana dunia luar melihat industri pariwisata di Indonesia. Pertama, mereka merasa Indonesia itu value for money. Artinya mereka merasa hotel dan berwisata di Indonesia itu, bukan murah ya, tapi sangat terjangkau.

Misalnya, wisatawan membayar US$100, dia dapat happy dengan apa yang dia peroleh, jadi value for money. Kedua, kita nomor 17 untuk natural beauty, atau keindahan alam. Berarti orang luar melihat Indonesia adalah negara dengan keindahan alamnya. Jadi, yang dicari itu pasti keindahan alam, apakah itu laut, hutan, atau gunung. Ketiga, dari 139 negara, kita nomor 39 untuk kekayaan warisan budaya, termasuk di situ secara khusus disebut industri kreatif yang kuat. 

Jadi, berarti kan tarian, kesenian, dan industri kreatifnya seperti kerajinan, fashion, seni pertunjukan, dan musik, semua dianggap sangat menarik. Mungkin itu beberapa yang banyak dicari oleh wisatawan asing. Di luar penginapan, nomor dua dan tiga yang paling banyak dibelanjakan wisatawan asing adalah makan dan beli souvenir. Setelah itu, baru shopping --di luar membeli souvenir. Dari situ, kuliner juga akan terangkat, sebagai pintu masuk, pariwisata dan industri kreatif akan kami angkat.

Tahun lalu, pariwisata Indonesia menekankan pada program visit museum. Bagaimana tahun ini?

Tahun ini kami temanya "Green and Creative Tourism". Kalau green itu untuk ecogreen. Bukan hanya ke hutan, menanam pohon, tapi green dalam arti suatu gerakan untuk pariwisata yang berkelanjutan. Sadar, termasuk kebersihan. Tahun lalu, untuk pertama kalinya kami memberikan "Green Hotel Award, yakni hotel yang berwawasan lingkungan. Kalau bagian kreatifnya, kami akan kaitkan pariwisata dengan industri kreatif.
 
Indonesia kini sudah mencapai peringkat investasi atau Investment Grade, bagaimana pemerintah melihat peluang ini untuk meningkatkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif?

Karena investor melirik Indonesia, tentunya ada investasi di infrastruktur, industri, pertanian, dan pertambangan. Pariwisata juga akan tetap menarik, karena pasar di dalam negeri cukup kuat. Hotel, restoran, dan tempat hiburan akan menjadi sasaran investasi.

Pengalaman Anda yang paling menarik selama mengunjungi lokasi pariwisata di Tanah Air?

Selama dua bulan terakhir, saya sudah berkunjung ke tiga tempat pariwisata. Dan pengalaman dan perasaan yang saya dapatkan pun berbeda-beda. Biasanya kalau ke Candi Borobudur dan Prambanan, kita hanya ke lokasi bangunan candi itu saja.

Padahal, di sekitar kawasan Borobudur itu banyak desa wisata. Kita bisa menginap dan tinggal dengan penduduk. Ada juga arung jeram. Bahkan jika ingin melihat Borobudur, tidak hanya dengan memanjat candi saja, atau melihat dari bawah. Anda bisa lihat Borobudur dari berbagai sisi.

Anda bisa naik bukit yang ada di sekitarnya, dan melihat Borobudur saat sunrise atau sunset. Itu beda sekali. Ada lagi pengalaman di Wakatobi dan Danau Toba. Waktu saya ke Wakatobi, kami merasakan aksesibilitasnya memang jauh. Meski lokasi itu menyimpan keindahan, bahkan masih bersih dibanding Bali. 

Terakhir ke Danau Toba. Saya sudah ke sana dari beberapa tempat. Kembali masalahnya soal aksesibilitas. Butuh lima jam perjalanan dari Medan. Jauh, tapi di beberapa tempat bisa berhenti, karena ada lokasi kuliner yang menarik. Misalnya di Pematang Siantar, ada toko roti yang terkenal sejak 50 tahun lalu. Selain itu, ada sumber kopi.

Selanjutnya, bicara industri kreatif, bagaimana sebenarnya potensi bisnisnya?
Potensi bisnis industri kreatif sangat kuat. Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah kan memang sudah mendorong beberapa ekonomi kreatif. Beberapa tahun terakhir ini, sifatnya perkenalan atau mengenal apa sih industri kreatif dan menilai potensinya.

Saya pikir potensinya sekarang sekitar tujuh persen dari PDB. Target pada 2014, kami harapkan ekonomi kreatif bisa menyumbang delapan persen dari PDB. Saat ini, sumbangannya sekitar 10 persen ke ekspor dan tujuh persen kepada penyerapan tenaga kerja.

Yang penting adalah bagaimana bisa meningkatkan industri kreatif di atas rata-rata pertumbuhan nasional. Satu lagi target kami adalah mengembangkan kluster industri kreatif. Kalau sekarang ada sekitar tiga atau empat kluster, yakni Bandung, Yogya, dan Bali. Kalau Jakarta ada, tapi agak tersebar. Bandung dan Yogya jelas, demikian juga Bali. Kami ingin menumbuhkan minimal enam sampai delapan pusat atau zona ekonomi kreatif yang baru. Saat ini, kami masih mencari-cari.

Mungkin satu lagi di Jawa. Kalau di luar Jawa, bisa saja Palembang dan Makassar. Palembang kan sudah banyak kain songket ya. Sejarahnya juga kaya dan memiliki banyak warisan budaya. Tapi, ini masih dalam tahap memilih.

Soal kemungkinan tumpang tindih untuk pengembangan industri kreatif dengan kementerian lain, apakah sudah dikoordinasikan?

Pasti dan harus. Tentu tidak semua industri kreatif tugasnya dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kami harus melakukan koordinasi, karena ada 14 sektor plus kuliner menjadi 15 sektor. Kami menjadi lead misalnya di film, musik, seni pertunjukan, seni rupa, desain, dan arsitektur. Tapi tentu kami tetap berkoordinasi dengan kementerian terkait maupun dengan pemda dan stakeholders.

Kalau di sektor yang nggak kami tangani, bisa berkoordinasi dengan kementerian lain. Seperti soal kerajinan, produk yang berbasis IT seperti content, games, software, hingga content platform untuk mobile, itu kan koordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Sementara itu, kerajinan dengan Kementerian Perindustrian dan UKM, fashion juga dengan Kemenperin dan Kementerian Perdagangan serta UKM. Kuliner mungkin kami juga bisa lead. Minimal yang siap saji. Kalau yang olahan dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan UKM. Meski film kami sebagai lead-nya, tapi tetap berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Singapura Siap Sambut Kembali Wisatawan! STB dan GDP Venture Perbarui Kemitraan
Grup K-Pop BTS

Kabar Gembira Ini untuk Penggemar BTS dan Kopi

Di antara berbagai grup dan artis Kpop yang meraih popularitas global, BTS (Bangtan Sonyeondan atau Beyond The Scene) telah memperoleh tempat yang istimewa.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024