Remaja dan Anak Jadi Sasaran Industri Rokok

Unjuk rasa tolak rokok
Sumber :
  • ANTARA/Rosa Panggabean

VIVAnews - Keberadaan industri rokok sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup anak-anak. Perlahan tapi pasti, konsumen rokok di Indonesia mulai didominasi usia remaja.

Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak, Aris Merdeka Sirait, tanpa disadari bahwa usia remaja dan anak-anak mulai dijadikan sasaran industri rokok di tanah air. Artinya anak yang terekploitasi.

"Tanpa disadari usia remaja dan anak-anak jadi sasaran dari industri rokok. Dan tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini ada perokok pemula yang berusia 11 bulan," kata Aris dalam pemaparannya di acara Konsumsi Rokok Meningkat, Upaya Pengentasan Kemiskinan dan Urgensi Peningkatan Cukai, di Jakarta, Rabu, 30 November 2011.

Salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak menjadi perokok adalah faktor iklan dan mudahnya akses untuk mendapatkan rokok. Dengan harga murah dan dapat diecer sehingga dapat dibeli anak-anak.

"Anak-anak dapat membeli harga eceran, sehingga mendidik mereka menjadi perokok aktif dan pasif," katanya.

Menurut Aris, berdasarkan data Universitas UHAMKA, iklan rokok mempunyai pengaruh yang besar bagi anak-anak, karena hampir 100 persen anak melihat iklan rokok di televisi. Sekitar 76,2 persen melihat di majalah dan koran.

"Ada 87 persen anak-anak melihat rokok dari luar rungan dan 60 persen remaja memiliki kesan positif terhadap iklan rokok," ungkapnya.

Mengacu pada fakta tersebut, Aris menambahkan bahwa 50 persen remaja lebih percaya diri ketika menghisap rokok seperti iklan yang dia lihat. Dengan demikian maka tidak bisa dipungkiri bahwa remaja adalah target utama dari industri rokok.

"Makin dini mereka merokok, maka semakin beruntung industri rokok," katanya lagi.

Berdasarkan data Survei sosial dan ekonomi nasional (Susenas) prevalensi merokok remaja berusia 15 hingga 19 tahun pada 1995 dan 2007 sangat mengkhawatirkan, jika pada 1995 hanya 7 persen remaja yang merokok, setelah 12 tahun kemudian presentasenya meningkat menjadi 19 persen.

Sehingga dalam waktu 12 tahun prevelensi merokok remaja meningkat lebih dari 2 kali lipat. Untuk remaja laki-laki pada periode yang sama prevalensi merokoknya meningkat lebih dari 2 kali lipat dari 14 persen pada tahun 1995 menjadi 37 persen pada tahun 2007.

Bagi remaja perempuan pada periode 1995 hingga 2007 prevalensi merokokrnya meningkat lebih dari 5 kali lipat dari 0,3 persen (1995) menjadi 1,6 (2007). Fakta ini menunjunkan bahwa remaja adalah target pasar dari industri rokok, peningkatan yang drastis ini memperlihatkan betapa lemahnya negara dalam melindungi remaja dari perangkap rokok. (eh)

Terpopuler: Indonesia U-23 Fenomenal, Ernando Ari Kepikiran Arkhan Fikri
Pimpinan Ponpes Tajul Alawiyyin, Habib Bahar bin Smith

Top Trending: Habib Bahar Akui Kemenangan Prabowo Gibran hingga Seorang Ulama Kritik Nabi Muhammad

Artikel top trending pertama yakni mengenai Akui Kemenangan Prabowo-Gibran, Habib Bahar: Saya Ambil Hikmahnya PDIP Nyungsep tengah disorot oleh para pembaca

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024