Waspada Penipuan di Telepon Atas Nama Polisi

ilustrasi kriminal
Sumber :

VIVAnews - Penipuan dengan modus kabar dusta lewat telepon marak terjadi. Pelaku umumnya mengabarkan kepada korban bahwa sanak kerabat mereka tengah tertimpa musibah sehingga korban harus segera mengirim uang agar yang bersangkutan bisa diselamatkan.

5 Fakta Mengerikan Timnas Indonesia Usai Singkirkan Korea Selatan di Piala Asia U-23

Berharap korban di ujung telepon segera panik, pelaku penipuan ini menggunakan beragam kisah, rata-rata mengabarkan bahwa anak atau orang dekat korban tengah kecelakaan di suatu tempat. Namun, ada juga pelaku yang menyaru sebagai polisi. Mereka mengabarkan bahwa anak dari korban yang mereka incar sudah ditangkap karena kasus narkoba.

Modus penipuan itulah yang menimpa seorang warga Kota Surabaya, Dhimam Abror. Pada pertengahan September lalu, dia ditelepon oleh seseorang yang mengaku sebagai anggota polisi dari Polsek Surabaya.

Kepada Abror, "polisi" itu mengatakan telah menangkap anaknya, yang berusia 16 tahun, karena membawa narkoba.

"Saya kaget, karena anak saya tidak pernah menggunakan narkoba. Saya juga selalu mengajarkan ngaji. Jadi saya tidak percaya," kata Abror saat berbincang dengan VIVAnews.com, Kamis 24 November 2011.

Rasa tak percaya Abror tiba-tiba berubah drastis. Seorang yang mengaku polisi itu lantas memberikan telepon selulernya yang masih terhubung dengan Abror kepada seorang anak.

"Apakah betul ini anak bapak," kata si oknum tadi kepada Abror sambil memberikan ponselnya kepada seorang anak lelaki.

Sambil menangis, anak itu meminta Abror untuk menolongnya, karena telah ditangkap polisi. Entah karena terkesima atau masih kaget, Abror percaya saja bahwa itu suara anaknya tanpa memastikan lebih lanjut. "Benar, itu suara anak saya," jawab Abror.

Perasaan kaget, takut, bingung, sekaligus khawatir menyelimuti hati Abror saat itu. Dia tidak menyangka, anaknya tertangkap polisi karena membawa narkoba.

Dalam posisi ponsel terus tersambung, Abror lalu bertanya, "Masalah anak saya apa? Dia bilang, kami sedang melakukan operasi, dan kebetulan anak bapak tertangkap membawa narkoba, barang bukti sama saya," kata Abror menirukan polisi tadi.

"Karena anak saya juga anak gaul dan sekolah di sekolah bagus di Surabaya, seketika itu saya percaya, barangkali benar," kata Abror.

Akhirnya, Abror membuka pembicaraan kembali dengan polisi tadi.

"Lalu saya tanya, saya langsung ke kantor atau bagaimana," tanya Abror kepada polisi. Tapi, polisi itu justru membentaknya. Dia meminta Abror tidak ke kantor Polsek.

Terpopuler: Harga Bekas dan Pajak Tahunan Avanza Veloz, 2 Mobil Keren Mazda di China

Polisi itu justru mengajaknya bertemu di satu tempat. Tapi, saat itu, tempat yang dimaksud tidak disebutkan secara jelas. Sampai akhirnya, polisi tadi mengatakan, 'mau terus atau mau damai? Kalau tidak, saya bawa ke Polsek sekarang,".

Terang saja, Abror setuju dengan usulan 'damai' dari si polisi itu.

"Saya bilang, saya mau ketemu anak saya dulu. Tapi saya tidak boleh, dan dia mengancam akan membawanya ke kantor Polsek," ungkapnya.

Akhirnya, polisi tadi meminta uang 'damai' sebesar Rp100 juta, dan memintanya untuk mentransfer ke rekeningnya. Jika tidak, anaknya akan dibawa ke kantor polisi dan diproses hukum.

"Begitu dia nyebut uang, saya sempat mengira ini penipuan. Tapi, saya masih percaya yang di telepon tadi anak saya," tutur Abror.

Akhirnya, dengan ponsel yang terus terhubung, Abror mencari mesin ATM untuk mentrasfer. Namun, dengan uang yang hanya Rp4 juta, Abror kembali khawatir dengan keselamatan anaknya. Dia pun mengatakan, bahwa uangnya hanya ada Rp4 juta.

"Dia minta lebih. Saya bilang, saya hanya bisa menambahkan Rp10 juta saja. Tapi saya mau mencarinya dulu. Dia bilang, oke, Rp10 juta ditransfer," katanya.

"Nah, hebatnya orang ini, selama saya menyetir, dia tidak mau teleponnya ditutup," tambahnya.

Terus, si polisi tadi menanyakan Abror, akan mencari uang Rp10 juta kemana. "Saya terus dipantau sama dia, karena telepon tidak boleh ditutup," imbuhnya.

Akhirnya, Abror ke suatu tempat dan bertemu dengan rekannya, yang berprofesi sebagai petugas keamanan. Tanpa bicara apa-apa, Abror lalu meminta temannya itu untuk menelepon ke nomer anaknya.

Lantas, teman itu menelepon ke nomor anaknya Abror, dan terhubung.

"Teman saya bilang, mas ini, anak mas angkat teleponnya. Begitu anak saya ngomong, saya langsung bicara sama anak saya, nak kamu dimana?" tanya Abror kepada anaknya melalui ponsel temannya Abror.

"Saya di sekolah Pah. Memangnya ada apa Pah?," jawab anaknya kepada Abror.

Terang saja, mendengar kabar anaknya dalam keadaan baik, dan masih di sekolah, Abror langsung senang. Sekaligus kaget.

Tidak Lapor

Film Badarawuhi di Desa Penari Bakal Tayang di 28 Negara Bagian AS

Begitu si pelaku tahu Abror menelepon anaknya, telepon yang tadi terhubung melalui ponselnya langsung ditutup. "Begitu dia tahu, dia langsung tutup telepon. Saya telepon balik, langsung tidak aktif nomornya," ungkap Abror.

Setelah itu, dia menyadari menjadi korban penipuan. "Saya baru sadar kalau saya jadi korban penipuan," ucapnya.

Tapi Abror mengaku tidak membuat laporan ke polisi soal masalahnya ini.

Penipuan yang menjerat orang tua tak hanya dialami Abror. Kalsum, warga Cimanggis, Depok, pagi tadi mengalami hal serupa. Bedanya, Kalsum dikabari bahwa anak perempuannya yang duduk di sekolah dasar (SD)

Kalsum panik alang kepalang ketika mendapat kabar anak keduanya mengalami kecelakaan di sekolah, hingga harus dioperasi.

Baca selengkapnya kisah Kalsum di tautan ini.

Gedung Kampus UNU Gorontalo. (Foto: UNU Gorontalo).

Rektor UNU Gorontalo Resmi Dilaporkan Polisi atas Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

Kasus dugaan pelecehan yang dilakukan rektor Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Gorontalo, Amir Halid kini terus berlanjut dan belasan korbannya sudah melapor ke Polisi.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024