Warga Miskin Jakarta Bertambah 51.240 Orang

Pemukiman kumuh di kolong Jembatan Guntur, Manggarai, Jakarta
Sumber :
  • Antara/ Puspa Perwitasari

VIVAnews - Warga miskin Jakarta bertambah hingga 51.240. Data itu adalah hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, berdasarkan ukuran kemampuan masyarakat memenuhi kebutuhan dasar.

Kepala BPS DKI Jakarta, Agus Suherman, mengatakan, dengan mengukur kemiskinan melalui konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, kemisikinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan.

"Dengan pendekatan ini, dapat dihitung persentase penduduk miskin terhadap total penduduk," kata Agus di Jakarta, Senin, 4 Juli 2011.

Menurut Agus, BPS DKI Jakarta menggunakan dua komponen menghitung garis kemiskinan. Yaitu, garis kemiskinan makanan, dan garis kemiskinan non makanan. Sehingga survei dilakukan terhadap penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan.

Sebelumnya, pada Maret 2011 tercatat, jumlah penduduk miskin yang merupakan penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di DKI Jakarta mencapai 363.420 orang.

Angka ini lebih besar dibanding dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2010 yang hanya mencapai 312.180 orang. Peningkatan ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah kapita per bulan garis kemiskinan di tahun 2011 serta pola hidup masyarakat yang berubah.

Dari hasil survei, garis kemiskinan tahun 2011 sebesar Rp355.480 per kapita per bulan. Lebih tinggi dari garis kemiskinan pada tahun 2010 yang mencapai Rp331.169 per kapita per bulan.

Kenaikan garis kemiskinan ini, dikatakan Agus, disebabkan kenaikan laju inflasi dari tahun sebelumnya. Laju inflasi pada Maret 2010 hanya mencapai 3,49 persen, menjadi 5,95 persen pada Maret 2011.

Akibatnya jumlah pengeluaran penduduk DKI Jakarta pun meningkat sehingga mencapai Rp355.480 per kapita per bulan, atau paling tidak warga harus mengeluarkan uang sekitar Rp11.000 per harinya. Dengan komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp229.147 atau 64,46 persen, dan garis kemiskinan non makanan sebesar Rp117.682 atau 35,54 persen.

"Dari 9,6 juta penduduk DKI Jakarta, ada 3,75 persen atau 363.420 orang yang pengeluarannya di bawah garis kemiskinan. Juga orang miskin di Jakarta lebih banyak mengeluarkan uang untuk kebutuhan makanan, daripada kebutuhan non makanan seperti tempat tinggal dan lainnya," jelas Agus.

Ditambahkan Agus, komoditi makanan yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan garis kemiskinan, yaitu beras, rokok kretek filter, daging ayam ras dan telur ayam ras. Sedangkan komoditi non makanan yang mempengaruhi peningkatan garis kemiskinan yakni biaya perumahan dan listrik, pemeliharaan kesehatan dan pendidikan.

Karena itu, Agus mengharapkan, Pemprov DKI Jakarta untuk bekerja lebih keras lagi dalam menurunkan tingkat kemiskinan di ibukota. Seluruh dinas terkait kemiskinan harus menciptakan terobosan program pengentasan kemiskinan yang baru, untuk mendampingi program pengentasan kemiskinan yang sudah ada.

Ulang Tahun ke-40, Vicky Prasetyo Ungkap Harapan Ingin Segera Menikah
Polisi datangi lokasi kecelakaan di Jalan Raya Citayam

Adu Banteng Pick Up Dengan Dua Motor di Citayam, Seorang Meninggal Dunia

Kecelakaan adu banteng, antara mobil pick up dengan dua sepeda motor, pada Jumat dini hari tadi, 19 April 2024, menimbulkan korban jiwa. Kecelakaan di Jalan Raya Citayam.

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024