Direktur PT MRT Jakarta

"MRT Akan Mengubah Pola Perjalanan Warga DKI"

VIVAnews - Proyek mass rapid transit (MRT) akan mulai dibangun pada 2010. Moda angkutan ini akan mulai beroperasi komersil pada kuartal kedua tahun 2015.

Proyek MRT ini bertujuan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Namun Direktur PT MRT Eddi Santosa mengatakan, kemacetan di DKI bukan hanya diselesaikan oleh satu model transportasi saja.

Namun dengan beroperasinya MRT ini bisa mengubah perilaku perjalanan. Artinya ruang gerak di kota tidak disesaki oleh kendaraan pribadi, karena semua orang akan lebih memilih MRT.

Berikut wawancara wartawan VIVAnews dengan Eddi Santosa di Kantor PT MRT Jakarta di Wisma Nusantara, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Bagaimana perjalanan proyek MRT, bisa Anda ceritakan?

Respons Nagita Slavina Saat Tyas Mirasih Ingin Jual Tas demi Biaya Pengobatan

Proyek MRT dikonkretkan tahun 2004 dan ini merupakan proyek nasional. Tahun 2005 disepakati pemerintah Jepang yang akan memberikan pendanaan, kemudian saat itu juga pemerintah Jepang langsung mengirim timnya.

Pada Oktober 2005, disepakati pembayaran dana pinjaman oleh pemerintah Jepang yang akan dipikul pemerintah pusat dan DKI Jakarta. Pemerintah pusat 42 persen dan 58 persen DKI.

Bagaimana soal pendanaan?

Pendanaan itu sepenuhnya dari pemerintah Jepang. Ini proyek government to government. Pinjaman itu diberikan bukan dalam bentuk uang tunai langsung, tapi progres.

Artinya kami beli barangnya, kemudian kita kontruksikan, lalu kontraktornya nanti akan menagih biayanya kepada pemerintah Jepang, nanti mereka langsung bayar.

Jadi pastinya bangunannya terwujud dulu, baru dia (Jepang) langsung bayar.

Untuk perjalanan loannya, ditandatangani loan agreement tahap pertama 28 November 2006-2009 dikucurkan, jumlahnya 1,86 miliar Yen untuk basic design.

Loan agreement tahap kedua akan dikucurkan Februari 2009-2012 untuk konstruksi, jumlah yang dikucurkan 48 miliar Yen.

Sedangkan untuk loan tahap tiga akan dikucurkan tahun 2012-2014, dan loan tahap empat pada tahun 2014-2015.

Jumlahnya kami belum mengetahui. Pinjaman tahap 1,2,3, dan 4 itu semua digunakan masih untuk membangun konstruksi. 

Sistem pembayarannya bagaimana?

Kubu Anies dan Ganjar Ingin Hadirkan Menteri jadi Saksi di MK, Airlangga Hartarto Beri Jawaban

Tidak dengan sistem bagi hasil. Cuma loan (pinjaman) biasa saja. Selama 10 tahun hanya bayar bunga 0,2 persen dan 30 tahun baru bayar pokoknya.

Ruas mana saja yang akan dibangun. Mana yang akan jadi prioritas?

Pembangunan dilakukan bersamaan, karena dalam koridor Lebak Bulus - Dukuh Atas sepanjang 14,5 kilometer, 3,8 kilometer di bawah tanah, sisanya elevated (melayang).

Dan akan dibangun 12 stasiun, 8 di atas tanah yakni Lebak ulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A, Blok M, Sisingamangaraja dan Senayan. Sisanya 4 di bawah tanah (subway) yakni di Istora, Bendungan Hilir, Setiabudi dan Dukuh Atas.

Bagaimana pola pengadaan armada dan darimana?

Sesuai dengan kesepakatan pinjaman 30 persen barang dibelanjakan di Jepang, 30 persen di dalam negeri, dan 40 persen di internasional.

Untuk kereta itu nanti didatangkan dari Jepang karena sesuai dengan standar Asia.

Daya tampungnya?

Berduka Atas Meninggalnya Ayah Nassar, Inul Daratista Beri Doa Terbaik

Satu gerbong maksimal 300 orang.  Nantinya ada enam rangkaian dalam satu kereta, sekali jalan nanti akan mengangkut 2.000 orang. Kita nanti punya 17 set train (kereta).

Butuh dana berapa untuk armadanya?
Itu sudah jadi satu dari konstruksinya. Harganya tidak bisa dipastikan karena proyek tender. Namun untuk 1 miliar dolar Amerika Serikat itu hanya harga ancer-ancer saja.

Prakteknya nanti negosiasi lewat tender, bisa saja lebih murah, kita pastinya mencari harga terbaik.

Apakah ini bisa mengatasi kemacetan?

Memang itu salah satu tujuannnya, tapi kemacetan bukan hanya diselesaikan oleh satu model transportasi saja. Namun pastinya bisa mengubah perilaku perjalanan, artinya membuat ruang gerak di kota tidak disesaki oleh kendaraan pribadi.

Sebab semua orang akan lebih memilih untuk menggunakan MRT. Selain itu emisi pembuangan juga akan berkurang.

Tapi tujuan utamanya yang paling pokok, yaitu sebuah kesempatan besar bagi Jakarta agar bisa merestorasi kembali wajah kota ini.

Bagaimana pentarifannya?

Soal tarif, tentunya dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Kita tidak mungkin memasang harga yang tinggi agar cepat balik modal. Kan bisa juga nanti disubsidi pemerintah.

Dengan pelayanan terbaik, diperkirakan tarifnya Rp 8.000 Rp 10.000 untuk jarak terjauhnya. Tapi ingat itu untuk 2015, bukan untuk sekarang.

Kapan mulai konstruksi?

Targetnya start konstruksi, paling cepat kuartal terakhir 2010 dan selesai awal 2015.

Kapan realisasinya?

Operasi diperkirakan 2014 akhir atau 2015 kuartal pertama untuk tes run, sedangkan komersial pada 2015 kuartal kedua.

Soal pembebasan lahannya, bagaimana? Butuh dana berapa untuk pembebasan lahan?

Pembebasan lahan tidak sulit karena sebagian besar koridor ada di tengah jalan. Yang kita bebaskan hanya untuk DPO (tempat parkir kereta) saja di daerah Lebak Bulus dan wilayah di pinggir jalan sebelum masuk ke jalan Fatmawati.

Itu juga tidak banyak, hanya sedikit saja. Jumlah luas tahan yang dibebaskan 4-5 hektar saja. Untuk biayanya kita belum bisa mengetahuinya.

Pembebasan lahan sudah dilakukan, mungkin bulan depan sudah ada harganya, tinggal bayar saja. Harga yang diberikan tentunya harga terbaik, supaya mudah. Ya bisa jadi harga pasar atau sesuai NJOP. Dinas PU yang akan mengerjakan itu. 

Teknologi apa yang dipakai untuk membangun subway?


Teknologi yang dipakai nanti menggunakan Tunnel Boring Machine (TBM) semacam robot yang akan melakukan pengeboran sekaligus menyemen dan membeton.

Ini sudah diterapkan di berbagai negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang dan Eropa.

Jadi untuk membuat terowongannya. Kita akan akan menggali satu jalan kemudian memasukkan TBM dengan sendirinya nanti akan langsung melakukan pengeboran sambil menyemen dan membeton terowongan. Tentunya ini akan lebih efisien.

Kecepatan TBM untuk pengeboran di tanah aluvial seperti Jakarta 12 hingga 15 meter per harinya. Alat ini didatangkan dari Jepang

Jenis kereta yang dipakai darimana?

Dari Jepang, karena sistem teknologi sesuai standar dan hemat energi karena menggunakan energi kereta listrik.

Teknologinya?


Teknologi yang digunakan yaitu adanya intergrasi antara kereta dengan sistem sinyal, automatc train kontrol dan train stop dengan push button (menekan tombol).

Dengan begitu, kereta secara otomatis berjalan tepat waktu dengan sendirinya. Jadi untuk keberangkatan dan kedatangan pasti tepat waktu karena sudah di setting.

Selain itu, jika ada gangguan salah satu kereta di tengah jalan, maka akan semua kereta yang lainnya juga akan berhenti. Sehingga tidak akan mungkin ada tabrakan dan sengol-sengolan, ya zero accident.

Nanti akan menggunakan double track.

Berapa kecepatannya?


Kecepatan maksimal train 80 hingga 100 kilometer per jam. Dengan total track sepanjang 14,5 kilometer waktu yang akan ditempuh 27 menit, termasuk sudah berhenti di 12 stasiun.

Bagaimana untuk sistem keamanan kereta?


Untuk keamanannya kita akan pakai standard Amerika dan Jepang. Contohnya, evakuasi sistem, jika terjadi kebakaran evakuasi maksimal 3 menit.

Sedangkan untuk pintu masuk dari stasiun menuju pintu kereta akan menggunakan kaca otomatis, akan terbuka jika ada kereta. 

Untuk pembangunan subway jalur mana saja?

Desain tentatifnya untuk subway di depan Ratu Plaza sampai Dukuh Atas. Tapi nanti akan kita lihat lagi, bisa saja berubah tergantung connection building to building.

Di tengah krisis global ini, tidak kekhawatiran dana yang dikucurkan Jepang tersendat?

Tentu tidak, pembanguan MRT ini malah sangat menguntungkan Jepang. Bahkan mereka ingin lebih cepat mengucurkan dana itu, agar proyeknya cepat selesai. Kemudian mengambil keuntungan dari bunga dan pinjaman pokoknya.

Masalah apa dihadapi dalam pembangunan MRT Ini?


Kalau di kendala teknis itu bisa diatasi. Tapi yang paling berat untuk koordinasi dengan baik dalam urusan pinjaman dengan Departemen Keuangan, Bappenas dan Departemen Perhubungan. Itu yang susah.

Selain itu dalam mengatur jadwal uang, karena akan masuk anggaran belanja pemerintah pusat kemudian masuk APBD DKI, baru masuk ke PT MRT Jakarta.

Ini yang harus kita rangkai, jangan sampai delay. Kalau tidak proyek MRT akan molor dari targetnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya